Saturday, February 27, 2016

Pengalaman Seminar Alkitab di Negeri Kari

Beberapa waktu yang lalu gw menghadiri kegiatan seminar yang diadakan lembaga Kristen di Silanka. Seminar yang diadakan berjudul A Call to Biblical Leadership. Sejujurnya waktu diajak ikut training ini gw ga antusias. Gw sudah 2x ikut training soal leadership di kantor, jadi udah ada bayangan materi yang akan disampaikan (palingan ada tambahan tokoh alkitab yang dijadikan contoh leadership). Ditambah lagi training di Srilanka pastinya menggunakan bahasa inggris, tambah mualeees deh gw. Gw pun datang hanya dengan motivasi “penasaran seperti apa training di negeri orang” (boong deng, sebenarnya emang gw ga punya alasan untuk menolak semua kegiatan yang diberikan ke gw, xoxoxo).


Lokasi seminar ada di pusat kota, sekitar 1 jam dari tempat gw tinggal. Seminar ini dihadiri dari semua denominasi gereja Kristen di distrik ini. Dari gereja tempat biasa gw beribadah di Srilanka, mengutus 4 orang termasuk gw. Peserta yang datang sekitar 200 orang. Lembaga yang mengadakan seminar  bernama Back to Bible, nama yang sederhana namun penuh makna. Di undangan tertulis seminar diadakan pukul 8.30 – 15.30 namun kenyataannya pukul 9.25 acara baru dimulai. Acara diawali dengan ibadah sekitar 20 menit.

Kepagian coyyy, terlalu rajin

Ibadah sebelum seminar

Lokasi seminar

Bahasa resmi di Srilanka ada 3, yaitu Inggris, Tamil, dan Sinhala. Di daerah tempat gw tinggal mayoritas menggunakan bahasa Tamil. Pembicara training tidak fasih berbicara Tamil, sehingga disediakan penerjemah (pembicara menggunakan bahasa Inggris). Memang di daerah pedesaan seperti ini tidak semua orang lancar berbahasa Inggris, beda dengan di Ibukota dan kota besar lainnya di Srilanka yang fasih berbahasa Inggris. Lucunya, intonasi sang penerjemah lebih tinggi dan bahasa tubuh penerjemah lebih bersemangat daripada pembicara utama.

Pembicara (kanan), penerjemah (kiri)





Seminar dibagi dalam 3 sesi. 9.45 – 11.15 yang kemudian dijeda break, dilanjutkan 11.40 -  12.45 yang kemudian dijeda makan siang kemudian 13.30 – 15.00 dan setengah jam kemudian diisi ibadah penutup serta kata sambutan. Ada 2 hal yang menarik di seminar ini.

Pertama.
Panitia menjamu peserta dengan (sangat) baik. Break pertama peserta diberi snack minuman soda dan kue mirip risol. Diakhir seminar, saat mau pulang (15.30) antrian pintu keluar sangat panjang dan lama. Ternyata panitia kembali membagikan minuman soda dan kue bolu. Baik banget deh ah mba dan mas panitianya.
Gw suka sama budaya orang sini, mereka menyantap snack dan makan siang bukan di dalam ruangan seminar, namun di luar ruangan yang diberi kursi. Jika sudah selesai makan mereka akan langsung pergi masuk ke dalam. Ga ada yang lanjut ngobrol-ngobrol di kursi luar karena mereka tahu ada peserta lain yang menunggu kursi supaya mereka bisa makan. Jadi selesai makan langsung angkat kaki kembali ke ruangan. Benar-benar tertib. Kalau di Indonesia, biasanya sehabis makan beberapa orang akan ngobrol, merokok atau ngaso di luar.

Tempat snack time dan makan siang



Betewe, di Srilanka juarannnnnng warga yang merokok. Selama 6 bulan gw tinggal di Srilanka, kurang dari 10 orang yang gw pergoki merokok. Tidak pernah sekalipun gw mendapati ada orang yang merokok di bus dan tempat umum. Jadi asik banget saat di tempat umum tidak terganggu asap rokok. Ada 2 asumsi gw kenapa sedikit warga Srilanka yang merokok, pertama mungkin karena harga rokok yang cukup mahal yaitu 5 ribu sebatang. Asumsi kedua gw adalah di sini teh lebih populer daripada kopi, lebih banyak warga yang minum teh daripada kopi. Biasanya rokok identik dengan kopi. Karena tidak banyak yang minum kopi, jadi sedikit pula yang merokok (mungkinnnn).

Kedua.
Ini acara judulnya seminar (training), namun gw ngerasa kaya dengerin orang khotbah. Tidak ada modul dan slide show, padahal di atas podium layar infocus sudah dalam keadaan “On” namun tidak ada satupun slide. Lagu saat ibadah pun tidak dimunculkan di layar. Lah kalau gitu ngapain coba dipasang layar infocus. Total 4 jam gw mendengarkan orang ngomong (seminar ini hanya di isi oleh 1 pembicara) . B.O.S.A.N. banget. Gw pikir pemaparan hanya melalui audio dan tanpa visual bukanlah hal yang efektif. Seminar tanpa modul/slide show ga akan bisa maksimal, seminar pun hanya dilakukan 1 arah. Harusnya panitia bisa mempersiapkan materi dengan baik. Bahan yang dibawakan oleh pembicara pun kurang tajam dan detail. Menurut gw bobot materi seminar ini tidak sebanding dengan uang yang dikeluarkan oleh panitia untuk menyelenggarakan acara ini.

Diakhir acara, masing-masing peserta diberikan 2 buku yang agak tebal mengenai pelayanan. Wuih,,, niat bener nih panitianya. Padahal seminar ini gratis tis tis. Namun karena bukunya berbahasa Tamil, gw berikan buku tersebut ke teman gw yang orang lokal sini. Lucunya, name tag yang diberikan panitia saat daftar ulang di pagi hari, diminta untuk dikembalikan saat acara selesai. Yaelah, kalau gitu ngapain coba dikasi name tag, buang-buang kertas aja. Name tag nya juga ga ada fungsinya sepanjang acara.

Terlepas dari semua keluhan gw yang ga penting, gw mengapresiasi kegiatan positif ini. Salut untuk lembaga Back to Bible yang memiliki kerinduan untuk membekali jemaat gereja dengan bekal rohani untuk bertumbuh. Mereka bisa mengumpulkan semua denominasi gereja di daerah sangat jauh (10 jam dari ibu kota Kolombo) tentunya bukan hal yang mudah, murah, dan gampang. Salut juga untuk snack dan makan siangnya yang oke punya. Salut juga untuk buku yang dibagikan. Pastinya acara ini tidak berakhir sia-sia. Semoga kegiatan ini bisa dilakukan di daerah lain di Srilanka dengan konsep yang lebih baik.

Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakukan, dan untuk mendidik orang dalam kebenaran (2 Timotius 3:16)

Leadership is not a tittle, it is a behavior, live it –Quote-

A leader is one who sees more than others see, who sees farther than other see, and who sees before others do (Leroy Eims)







No comments:

Post a Comment