Thursday, December 31, 2015

Christmas Carol Rumah Jemaat Gereja St.Luke Srilanka

Pada tanggal 21 Desember 2015 kemarin, gw ikutan acara kunjungan natal ke rumah-rumah jemaat Gereja St.Luke Methodist (Puttur, Srilanka). Nama bekennya Christmas Carol. Tim Christmas Carol berjumlah sekitar 15 orang. Kami mulai berangkat jam 9 pagi. Tiga orang dari rombongan menggunakan baju sinterklas (Nimron 8 tahun, Anthoni 23 tahun, dan Opa Mohan 65 tahun). Nimron adalah anak evangelis (gembala sidang) di gereja. Kami menyewa van (semacam elf) karena banyak jemaat yang rumahnya jauh dari gereja. Sepanjang perjalanan di van, rombongan tidak berhenti menyanyi. Gw cuman bisa cengar-cengir kuda dan bantu tepuk tangan karena ga ngerti sama lagunya (lagunya berbahasa Tamil). Kegiatan yang dilakukan tim Christmas Carol di rumah jemaat adalah bernyanyi 2 lagu (saat kami bernyanyi para sinterklas berjoget ria), pembacaan alkitab lalu di tutup dengan doa dan berkat dari pendeta. Rumah jemaat yang dikunjungi sekitar 20-30 rumah.




Puttur Srilanka adalah daerah yang ekonominya menengah ke bawah, jadi banyak jemaat gereja yang kurang mampu. Tidak ada satupun jemaat yang memasang pohon natal di rumahnya. Tetapi yang bikin gw terenyuh adalah kerelaan mereka menyuguhkan minuman dan cemilan untuk menyambut kedatangan kami. Malah ada tuan rumah yang langsung pergi pas kami datang. Pas kami mau pamit pulang, hanya tinggal anaknya yang masih SMP bersama kami. Ternyata si ibu pergi ke warung beli minuman soda dan biskuit untuk kami. Dari semua rumah yang kami datangi, hanya 1 rumah yang tidak kami suguhkan lagu dan tarian dari sinterklas. Pemilik rumah mengalami depresi berat karena anak perempuan mereka bunuh diri beberapa bulan yang lalu karena putus cinta (haishhh!!!!). Jadi kami hanya datang memberikan penghiburan dan pendeta memimpin doa.



Pada siang harinya, kami mengunjungi penjara anak. Ada lebih dari 50 anak tinggal di sana. Kami membagikan bingkisan yang berupa buku dan alat tulis. Walaupun hanya minoritas yang merayakan natal, namun semua anak dari berbagai agama turut serta bergabung dan menari bersama. Setelah menari-menyanyi, renungan natal singkat dari pendeta serta pembagian bingkisan, kami meninggalkan tempat tersebut. Alangkah sedihnya masih kecil harus tinggal terpisah dengan orang tua dan menjalani hukuman. Semoga mereka tidak lagi kembali ke penjara anak jika mereka kelak dibebaskan.



Dari penjara anak, kami kembali melanjutkan Christmas Carol ke rumah jemaat gereja.

Kunjungan yang menurut gw paling berkesan adalah rumah jemaat yang terletak di pinggir lapangan. Jemaat ini bisa dikatakan miskin. Rumahnya hanya ada 1 ruangan dan 1 dapur kecil tanpa sekat dengan ruang utama. Tinggi rumah rasanya ga sampai 1.8 meter dan WC terletak di luar rumah. Karena rumah sangat kecil dan tidak ada teras, acara dilakukan di lapangan depan rumah sambil bermandikan terik matahari. Alhasil kami sukses jadi tontonan warga yang tinggal di sekitar lapangan. Selesai acara, tuan rumah menyuguhkan teh susu dan biskuit.



Hampir setiap rumah menyuguhkan teh susu dan biskuit. Teh susu memang minuman yang sangat populer di sini. Dapat dipastikan kadar gula darah gw melambung tinggi. Mau nolak suguhan tuan rumah tapi ga enak takut dikira somse (maklum bukan warga lokal, jadi harus jaim dikit). Lagipula kasian sama tuan rumah yang sudah repot menyediakan. Yasudalahya, gw yakin hormon insulin gw masih bisa bekerja dengan baik untuk memproses glukosa dari suguhan berliter-liter teh susu yang masuk saat Christmas Carol ini.

Selain rumah jemaat, kami juga mendatangi panti jompo. Gereja dan panti jompo memang 1 sinode (Methodist) dan terletak dalam 1 komplek (gereja bersebelahan dengan panti jompo). Lucunya, karena bangunan panti jompo bentuknya melebar dan banyak jompo yang sudah susah jalan jauh, kami bernyanyi 3 kali di panti jompo ini yaitu di sayap kanan, di ruang bagian tengah, dan sayap kiri. Yah ga papahlah, demi bisa melihat senyum dan tawa para opa oma. Walaupun banyak penghuni panti jompo yang tidak merayakan natal, mereka semua ikutan berkumpul, bergembira bahkan ikut menyumbang dana natal.

Rumah terakhir yang kami datangi adalah rumah evangelis (gembala sidang) yang terletak persis di sebelah gereja. Ini memang rumah dinas khusus evangelis yang melayani di gereja. Setelah joget-joget selesai, tiba-tiba Nimron (anak evangelis yang hari ini berperan jadi sinterklas) menangis kencang. Kita semua kaget karena seharian ini Nimron joget penuh semangat di rumah-rumah jemaat kok tiba-tiba di rumah sendiri dia nangis histeris. Ternyata eh ternyataaaaa….Nimron sedih dan terharu karena 4 Januari 2016 keluarga evangelis ini akan dimutasi ke daerah lain untuk menjadi evangelis di wilayah tersebut. Ayah Nimron sudah 5 tahun melayani di gereja ini sebagai evangelis, jadi Nimron merasa sedih karena perpisahan sudah di depan mata. Aduh Nimron, pastinya nanti jika sudah dewasa kamu jadi pria yang romantis abeeees.

Tepat jam 19.30 kegiatan Christmas Carol ini berakhir. Ruarrrrr biasaaaaa capek pake banget. Badan lengket, kaki pegel, perut kembung karena berliter-liter teh susu dan kafeinnya. Gw yang ga doyan minuman manis dan juaranggggggg banget minum minuman manis apalagi teh susu (biasanya gw hanya minum teh hitam atau teh hijau tanpa gula) langsung merasa migraine karena seharian kemasukan berliter-liter teh susu yang aduhai manis banget buat standar lidah gw. Namun gw sedemikian rupa bahagianya bisa ikut ambil bagian untuk mengunjungi jemaat-jemaat gereja. Melihat langsung keadaan dan kesederhanaan mereka, melihat ketulusan mereka menyambut kami, melihat kebahagiaan mereka karena dikunjungi, melihat senyum yang muncul di wajah mereka saat kami bernyanyi dan para sinterklas berjoget. Gw juga tersentuh dengan tetangga-tetangga jemaat yang ikutan menyambut dan “menonton” kami walaupun mereka tidak merayakan natal.

Sungguh indah melihat orang lain tersenyum, apalagi jika mereka tersenyum karena kita. Semoga kita selalu bisa menjadi alasan untuk membuat orang lain tersenyum dan bahagia. Senyum itu bersifat menular. Jika orang lain tersenyum, maka otomatis kita yang melihatnya juga tertular. Walaupun gw ga tau makna lagunya,bacaan kitab,dan doa (menggunakan bahasa Tamil), namun yg gw tahu bahwa mereka tersenyum karena mereka masih punya banyak alasan untuk tersenyum. Because everyone smiles in the same language. Please smile and let the pain go.



Tuesday, December 22, 2015

Sheromy, Teman Baikku di Negeri Kari

Selama tinggal di Srilanka, gw punya teman baik, namanya Sheromi. Kami bertemu di gereja. Dia 3 tahun lebih muda daripada gw. Orangnya baik, cantik, bersahabat, dan lucu. Dia dan keluarganya aktif di gereja. Sherom kurang lancar berbahasa Inggris. Kalau ada pembicaraan kami yang mampet karena terkendala bahasa, dia langsung manggil mamanya atau siapapun yang ada disekitar kami buat jadi penerjemah. Gw dan Sherom adalah orang yang saling men-sirik-i satu sama lain. Sherom sirik sama kulit gw yang dia anggap putih, dan gw sirik sama badan Sherom yang kurus. Sherom punya 2 kakak dan 2 adik. Kakak Sherom yang tertua sudah menikah dan tinggal di luar kota, sedangkan kakak keduanya tinggal di Swiss.

Beberapa waktu yang lalu, Sherom nemenin gw beli kartu natal di kota, pulangnya gw dibawa main ke rumah dia. Saat lagi ngobrol sama mamanya Sherom, tiba-tiba Sherom bilang kalau gw harus ngobrol sama kakaknya di Swiss yang bernama Rebeka. Ebusyhettt. Kaget lah gw. Kenal juga kaga, garing banget, harus ngomong apa gw? Tanpa babibu, Sherom nelepon kakaknya via skype dan hape nya disodorin ke gw. Nah lo!!!! Mulailah gw ngobrol sama Rebeka. Lucunya, Rebeka tau banyak tentang gw, ternyata selama ini Sherom cerita banyak soal gw ke Rebeka. Rebeka juga orang yang ramah. Baru kali ini gw skype-an sama orang yang ga gw kenal tetapi ketawa ngakak sepanjang pembicaraan. Malah Rebeka ga malu untuk nangis pas cerita rindunya dia sama Srilanka karena sudah 3 tahun tinggal sendiri di Swiss. Gw yang merasa senasib sama Rebeka karena tinggal jauh sendiri di negeri orang jadi terhibur dengan semua cerita Rebeka. Namun Rebeka lebih sulit karena tinggal di negara Barat yang rasa kekeluargaannya tidak seperti negara timur. Di akhir pembicaraan, kami 2-orang-yang tidak-saling-kenal saling menguatkan satu sama lain selama tinggal di negeri orang. Setelah lebih dari setengah jam, gw pindahin itu skype ke mamanya Sherom, ga enak bokkk lama-lama ngobrol pake hape orang.

Belum selesai “kelucuan” Sherom, ini anak berulah lagi. Tiba-tiba dia nyodorin hape yang lain, katanya gw harus ngobrol sama kakaknya pertamanya yang tinggal di luar kota (duh lupa gw namanya, sebut saja namanya Mawar). Belum sempat gw protes, si Mawar udah nyapa duluan “Hei Yolanda bla bla bla”. Lalu ngobrol lah kami layaknya orang yang sudah kenal lama karena ternyata Sherom juga sering cerita tentang gw ke Ka Mawar ini. Saat lagi teleponan, Ka Mawar lagi ada acara Family Gathering dari kantor suaminya namun dia tetap antusias ngobrol sama gw. Kata Ka Mawar, Sherom sering cerita tentang gw karena dia senang punya teman baru dari luar negeri yang kulitnya putih. Aduh Sherommmmmm, polos banget sih engkau nak. Pembicaraan diakhiri dengan ancaman dari Ka Mawar bahwa gw harus datang ke rumah Sherom saat Januari 2016 pas Ka Mawar mudik ke Rumah Sherom.

Setelah ngobrol panjang sama keluarga Sherom dan ngabisin 1 kotak es krim, gw pun pamitan pulang. Sherom nganterin gw pulang ke panti jompo tempat gw tinggal yang di tempuh 5 menit naik bus yang ongkosnya seribu perak. Hari yang aneh. Bisa-bisanya gw teleponan lama sama orang yang ga gw kenal. Ternyata selera lucu-lugu Sherom belum berakhir. Sebelum naik bus Sherom ngajak gw mampir ke toko langganannya. Gw pikir Sherom mau beli sesuatu. Sampai di toko, Sherom ga beli apa-apa. Ternyata Sherom ngajak ke toko itu karena yang punya adalah mantan bos nya dan bisa bahasa inggris, jadi bisa ngajak gw ngobrol. Ampun deh Sherommmmmm. Kamu kok ya lucu banget jadi warga Srilanka. Bos Sherom ini seorang bapak berusia akhir 40 atau awal 50. Ngobrol panjang lah kami. Lumayan dapat minuman gratis. Hahahaha.

Setelah keluar dari toko, gw nanya ke Sherom “Siapa lagi yang bisa bahasa inggris yang mau kamu kenalin ke aku Sherom?” Sebenarnya itu pertanyaan sarkasme. Tetapi gw lupa kalau Sherom itu wanita lugu yang ga terbiasa dengan sarkasme. Dia jawab “aku punya teman baik yang kerja di apotek, dia kurang lancar bahasa inggris, tapi kalian bisa ngobrol karena dia orang baik.” Gw cuman bisa melongo karena Sherom langsung narik tangan gw pergi ke apotek yang ga jauh dari toko mantan bos nya itu. Sampailah gw di apotek dan gw berasa jadi ondel-ondel karena apotek lagi ramai dan pada ngeliatin gw. Daerah tempat gw tinggal memang desa sepi jadi kehadiran orang asing bikin tontonan tersendiri. Untung pegawai apotek ramah semua jadi gw enjoy-enjoy aja “dikerjain” Sherom.

Dari apotek, kami langsung ke terminal dan pulang ke panti jompo naik bus. Untung Sherom ga kenal kondektur dan supir bus nya. Kalau Sherom kenal mereka, bisa dipastikan gw akan dikenalin dan disuruh ngobrol sama supir dan kondektur tersebut. Di bus, Sherom bilang, suatu saat akan ngajak gw ke rumah tantenya. Dia bilang tantenya baik dan lancar berbahasa inggris. Terserah ngana deh Sher.

Terimakasih Sherom untuk keluguanmu, untuk kelucuanmu, untuk kebaikanmu, untuk penyambutanmu, untuk keluargamu, untuk mantan bos-mu, untuk teman-temanmu. Gw yakin Sheromi pingin gw nyaman dan senang tinggal di negara dia jadi dia nunjukin semua hal yang dia sayang dan dia anggap baik. Sherom yang baik. Aku akan selalu mendoakan yang terbaik untukmu.



St.Luke Methodist Hospital

Ada 3 hal yang gw benci: rumah sakit (RS), darah, dan dokter. Menurut gw rumah sakit itu beraroma kematian. Kalau darah, gw parno sama darah karena punya pengalaman buruk saat donor darah pertama (dan terakhir) kali pas SMA. RS dan darah itu identik dengan dokter, gw jadi ikut-ikutan benci sama dokter. Jarannnggg banget gw berobat ke dokter. Kalau orang lain sakit, biasanya mereka akan kehilangan nafsu makan dan lemas. Kalau gw beda, gw makin nafsu makan, biar cepat sehat, jadi bisa terhindar dari dokter dan RS. Pepatah bilang, jangan terlalu benci sama sesuatu, ntar kualat malah berjodoh. Dan gw kena kualat di Srilanka.

Di Puttur (desa kecil di utara Srilanka), gw ditempatkan di RS, tempat yang gw benci selama hayat dikandung badan. Karena ini daerah masyarakat menengah ke bawah, bukan hal yang aneh kalau pasien datang dengan sarung atau tanpa menggunakan alas kaki. Di RS ini gw bertemu pasien dengan segala keunikannya. Pasien yang bawel, pasien yang tampan, sampai pasien yang minta akun facebook. Karena ini desa kecil dengan rumah sakit kecil, jadi pasien yang datang ga terlalu banyak mudah diingat. Terkadang pasien datang sambil bawa buah tangan macam sekantong permen, buah, kue-kuean, bahkan beberapa pernah kirim kartu natal dan undangan nikah. Semoga aja ada pasien tajir nan baik hati yang ngasi tiket liburan ke Indonesiahhh.



Pengalaman yang paling membekas selama gw beraktivitas di RS ini adalah seorang pasien ibu muda yang menggendong bayi berusia 14 hari. Ibu muda ini cuman datang berdua dan naik kendaraan umum. Miris sih, ibu ini kan baru 2 minggu lahiran, pastinya masih sakit. Menggendong bayinya yang masih merah. Tetapi pasti ada alasan logis yang membuat suami ataupun kerabat si ibu ini tidak ada yang menemani. Si bayi mengalami infeksi di bagian pusarnya. Mungkin ada sedikit masalah sewaktu pemotongan ari-ari. Karena ini RS kecil dengan sarana yang terbatas, si ibu dirujuk untuk ke RS yang lebih besar (di kota) keesokan harinya (si ibu datang di sore hari sekitar jam 17.30). Dokter meresepkan salep infeksi untuk penanganan sementara. Biaya konsultasi dokter 20.000 dan harga salep infeksi 20.000 sehingga totalnya 40.000 yang harus dibayar. Ternyata, si ibu cuman punya uang 10.000 doank. Astagaaaah. Gw yang selama ini kerja hanya kontak dengan komputer dan rekan kerja (yang rata-rata semua terlihat baik secara finansial), bener-bener merasa tersentuh dengan kejadian ini. Lalu dokter menginstruksikan memberikan krim yang tinggal setengah tube (krim ini dipakai oleh pasien sebelumnya dan ditinggalkan di Rumah Sakit). Pasien ini juga tidak dipungut biaya periksa dokter. Kalau uang si ibu ini cuman 10.000 besok ke Rumah sakit gimana? Makan malam? Makan pagi? Tuhan lah yang akan memelihara umatnya.

Kalau di Indonesia, terkadang pasien menerima obat yang dimasukkan ke dalam plastik obat (biasanya kalau berobat ke puskesmas atau rumah sakit umum) tanpa ada kemasan strip atau blister karena pihak pabrik mengemas dalam wadah yang berisi sekitar 100-1000 per wadah. Nah kalau di rumah sakit ini, wadah plastik diganti dengan kertas roti yang dibentuk seperti angpao.

Kertas roti yg dilipat jd angpao utk wadah obat yg diberikan ke pasien

Menurut gw sih ga efektif, soalnya bagian atas hanya di lipat aja, jadi ada kemungkinan obat tumpah. Lagipula kalau kena cairan, kertas tersebut akan hancur dan akan merusak obat. Tapi ini masih mending, ada Rumah Sakit yang ga jauh dari sini, bungkus obatnya pakai kertas bekas. Ondemandeee, dikira ngebungkus gorengan apa??? Gw jadi ingat saat masih kerja di pabrik obat. Tiap hari suhu ruangan dan jumlah bakteri dalam ruangan di ukur. Proses produksi ga boleh dimulai sebelum semuanya oke. Suhu ruangan lewat 1°C atau jumlah bakteri lebih sedikit harus bikin laporan penyimpangan dan dilakukan investigasi. Bener-bener remfoooong dan harus zero mistake. Setelah melewati prosedur yang rumit dan syarat ini-itu yang ketat sampai obat berhasil dikemas dan dijual, ternyata pihak rumah sakit malah bungkus obat pake kertas bekas. Rasanya tuhhhhhhhh….


Obat dibungkus di kertas bekas (rumah sakit competitor)


Hal menarik lainnya yang gw temuin di rumah sakit ini adalah pasien yg gw kategorikan L3b4y. Terkadang, luka se-iprit aja datang untuk diobati (missal lecet dikit karena jatuh). Jadi penanganannya hanya dibersihkan dengan alkohol dan diberi povidone iodine. Udah gitu aja. Ga dalam pula lukanya. Aelahhhh… Di tambah lagi, pasien kembali datang beberapa hari kemudian untuk ganti perban. Dan ini Banyak loh pasien yang datang dengan luka-yang-tidak-niat. Kadang gw minta suster untuk edukasi ke pasien agar mereka nyetok obat P3K untuk luka ringan. Palingan ga sampai 20.000, kan lumayan irit uang. Tapi kalau pasiennya datang dengan luka serius dan penuh darah, gw langsung kabur. Ga peduli walaupun pasiennya setampan Taylor Lautner. Hiyyyy.

Sejak gw di Srilanka dan mengenal lebih dalam aktivitas rumah sakit. Paradigma gw akan profesi dokter-suster yang selama ini negatif di pikiran gw berubah. Sekarang gw mengagumi mereka. Angkat cangkir kopi buat mereka. Siapapun pasiennya, apapun penyakitnya, apapun lukanya dilayani dengan tangan terbuka. Apalagi jika menghadapi pasien yang tidak mampu, di mana hati nurani mengambil peran. Dulu gw sebel kalau lagi berobat ke RS (apalagi RS pemerintah atau puskesmas) dan ketemu dokter atau suster yang gak ramah. Namun sekarang gw mengerti, mereka lelah seharian menghadapi pasien dengan segala macam karakter. Memang manusia tidak pernah bisa mengerti dengan baik perasaan orang lain kecuali jika kita berada di posisi mereka.

If u were me, you’d know. But you’re not, so don’t  think you do (Quotes)

Selamat melayani dengan hati wahai paramedis berseragam putih.



Mari Menabur Perbuatan Baik

Di awal desember 2015 kemarin, panti jompo kami kedatangan penghuni baru, 2 orang lansia perempuan kakak beradik. Sejak lahir mereka tidak bisa berbicara (bisu) dan tidak bisa mendengar (tuli). Mereka juga punya adik cowo yang juga menderita bisu-tuli, namun sudah menikah. Ga kebayang deh gimana perasaan orang tua mereka saat mendapati semua anak mereka bisu-tuli. Pastinya orang tua mereka mengkuatirkan masa depan anak mereka. Namun bukankah Tuhan senantiasa memelihara anak-anakNya? Sekarang kedua kakak beradik bisu tuli ini  berusia 60 tahunan.

Beberapa puluh tahun yang lalu, sewaktu mereka masih muda dan orang tua mereka masih hidup, mereka mempunyai tetangga yaitu kakak beradik yang masih kecil. Kakak beradik ini menjadi yatim piatu di usia yang masih dini sehingga keadaan mereka miskin sekali. Si adik miskin ini (selanjutnya di sebut A) sering di ajak main sama perempuan bisu tuli ini. Sering diberi perhatian, makan, dan dibantu kebutuhan sehari-hari oleh perempuan bisu-tuli dan keluarganya. Tahun berganti tahun, si A kemudian sukses dan bekerja di Swiss. Tiga tahun yang lalu orang tua perempuan bisu-tuli meninggal dan mereka hanya tinggal berdua. Si A kembali ke Srilanka untuk liburan sebelum kembali bekerja di Swiss. Si A yang pernah mendapat kebaikan dari 2 perempuan bisu-tuli ini berinisiatif mengirimkan mereka ke rumah jompo dan akan menanggung iuran bulanan mereka. Si A merasa kuatir jika perempuan bisu-tuli tinggal hanya berdua tanpa adanya orang normal, akan ada orang yang berbuat jahat karena mengetahui keterbatasan fisik penghuni rumah. Lagipula sejak orang tua perempuan bisu-tuli ini meninggal, mereka memilki masalah finansial. Memang agak susah mencari pekerjaan untuk orang yang mengalami keterbatasan fisik. Sekarang dua perempuan bisu-tuli ini menjadi penghuni tetap panti jompo dengan supply dana dari si A. Beberapa hari setelah mengantar ke panti jompo, si A balik ke Swiss.

Ada tiga hal yang menarik dari cerita ini.

Pertama. Walaupun mengalami kekurangan fisik, kedua perempuan bisu-tuli ini bisa menjadi berkat bagi sekitarnya. Mereka tulus menolong tetangga mereka yang miskin. Pertolongan bukan hanya dari segi material, namun juga bisa berupa perhatian dan kasih sayang. Tidak ada ciptaan Tuhan yang sia-sia. Tuhan memakai dua perempuan yang cacat ini untuk membantu sesama. Orang yang cacat saja mau membantu dan menjadi berkat bagi orang kain, harusnya orang yang dilahirkan normal bisa melakukan lebih toh?

Kedua. Tuhan pasti akan selalu memelihara umat yang berserah padaNya. Hal yang wajar jika kedua orang tua perempuan bisu-tuli ini sedih dengan keadaan anaknya yang cacat. Pasti mereka kuatir akan masa depan anak mereka. Mending kalau hanya 1 yang cacat, kenyataannya semua anak mereka cacat. Namun Tuhan membuktikan janji pemeliharaan bagi umatNya. Di usia yang sudah tua, Tuhan memelihara mereka melalui perantara tetangganya. Burung di udara aja yang tidak pernah menanam dan menabur, namun mereka di pelihara Tuhan. Apalagi manusia yang merupakan ciptaanNya yang paling mulia. So, janganlah kiranya kita kuatir akan hari esok, apa yang akan kita makan, dan apa yang akan kita minum.

Ketiga. Gw yakin banget seyakin-yakinnya, dahulu waktu si A masi kecil, kedua perempuan bisu-tuli ini ga akan nyangka si A jadi sukses. Pasti ga sekalipun terpikir “kita tolong si A yuk, nanti kan si A kalau besar sukses dan balik akan menolong kita”. No. Mereka benar-benar tulus menolong tanpa mengharapkan pamrih. Apa yang kita tabur itulah yang akan kita tuai. Tuaian itu bisa berbuah 2x lipat, 10x lipat, 100x lipat bahkan ribuan kali lipat. Dan waktu menuai mungkin bukan hari ini, esok, minggu depan, dll. Namun Tuhan sudah menetapkan waktu tuai yang sempurna bagi masing-masing orang. Perempuan bisu-tuli ini menuai beberapa puluh tahun kemudian. Gw jadi ingat Oma Jeya, penghuni jompo yang mengalami gangguan jiwa. Oma Jeya tidak punya saudara dan orang tuanya sudah meninggal. Iuran bulanan panti jompo Oma Jeya ditanggung pemerintah. Selama tinggal dipanti jompo, cuman 1 orang yang rutin mengunjungi Oma Jeya, yaitu tetangganya yang sudah tua. Tetangga ini selalu terkenang kebaikan orang tua Oma Jeya sewaktu mereka masih hidup. Orang tua Oma Jeya selalu membantu tetangga ini. Sekarang tetangga ini membalas kebaikan orang tua Oma Jeya dengan rutin mengunjungi Oma Jeya dan terkadang memberikan uang kepada Oma Jeya. Padahal tidak pernah ada satu pun keluarga Oma Jeya yang mengunjungi Oma Jeya.

Gw pernah baca artikel, saat lagi sedih dan merasa ga berguna, coba deh melakukan kebaikan terlebih kepada orang yang tidak dikenal, misalnya memberi makan tukang becak atau pengemis. Membayar lebih dagangan jika penjualnya sudah tua, dll. Pasti ada semangat baru setiap kali melihat senyum orang yang menerima kebaikan kita. Beneran loh terbukti. When you see poor people smile, it means smile of God. Hal kecil yang kita lakukan bagi orang lain, mungkin bisa jadi merupakan hal besar yang diterima orang tersebut.


Apa yang kita tabur, itu pula yang kita tuai. What you put out into the world, comes back to you. Selamat berbuat baik tanpa pamrih teman.

Between the angels

Sunday, November 29, 2015

Rambut Panjang Perempuan Srilanka

Gw punya kebiasaan yang (ga) penting (banget) kalau ada tamu di kantor atau lagi dinas luar kantor di mana tugas gw adalah menjadi pendengar yang baik (biasanya diajak meeting, dengerin sales, dengerin seminar, dll). Kegiatan itu mengharuskan gw menunjukkan mimik muka yang antusias dengerin orang ngomong. Biar terlihat antusias dan tidak bosan, biasanya gw akan menatap tajam pembicara dari atas sampai bawah. Orang-orang menduga gw lagi konsentrasi dengerin pembicara, padahal sebenarnya gw lagi memperkirakan umur pembicara. Data pendukung tebak-tebakan umur ini adalah keriput, bentuk tubuh, cara make up, cara bicara, pakaian yang dikenakan, dll. Di akhir pertemuan, gw berusaha mencari tahu umur mereka (tapi bukan dengan menanyakan langsung ke orangnya). Kesimpulan pribadi dari eksperimen ga penting gw selama bertahun-tahun ini adalah: untuk kaum pria, ke-buncit-an perut mereka membuat mereka terlihat lebih tua. Untuk kaum perempuan, mereka terlihat lebih muda dari umur sebenarnya (awet muda) jika mereka berambut pendek. Yah mungkin berambut pendek membuat perempuan terlihat lebih fresh. Buktinya tiap kali ada teman yang potong rambut, mereka terlihat lebih segar.

Gw sendiri ga pernah memanjangkan rambut di bawah bahu. Selalu mentok di bahu. Bukan karena ingin terlihat awet muda, alasan utamanya malas sisiran dan boros sampo (realistis pelit-is). Di Indonesia, cukup banyak perempuan yang berambut pendek, apalagi ibu-ibu. Ga terlalu banyak ibu-ibu yang memanjangkan rambut mereka (selain artis). Maklum deh, negara tropis, gerah coy.

Di Srilanka, mayoritas perempuan yang sudah puber memanjangkan rambut mereka. Di daerah Puttur Srilanka, jaraaaang banget gw ketemu sama perempuan yang berambut pendek. Paling hanya anak kecil yang berambut pendek. Kategori panjang ga cuman sampai bahu, banyak yang sampai pinggang. Bahkan para oma di panti jompo tempat gw tinggal, masi memelihara rambut panjang mereka. Hanya oma yang mengalami gangguan jiwa aja yang dipotong pendek, karena mereka tidak bisa mengurus sendiri rambut mereka. Kadang gw suka iseng ngajak oma-oma ini potong rambut, mereka sewot dan malah ada yang bilang saat dikubur harus dalam keadaan rambut panjang. Segitunyaaaaa si omaaaa.

Padahal Srilanka juga termasuk negara tropis. Suhunya beti (beda tipis) sama suhu di Tangerang tercinta. Ga hanya manjangin rambut, mereka juga rajin merawat rambut. Mereka selalu mengoleskan minyak kelapa di rambut. Minyak kelapa banyak di jual dalam berbagai merek di Srilanka. Lazimnya, minyak kelapa digunakan malam-malam menjelang tidur dan keesokan pagi langsung keramas. Namun di Srilanka, minyak kelapa terkadang mereka gunakan di rambut dalam aktivitas sehari-hari mereka. Ga risih apa ya rambut berminyak lepek gitu?

Sayang beribu sayang, jarang banget rambut panjang mereka di gerai lepas. Mayoritas gaya rambut mereka di ikat atau dikepang. Bahkan para siswi yang ke sekolah, style nya sama semua, di kepang dua. Untuk siswi SD yang kebanyakan berambut pendek, boleh di ikat 1 walaupun rambut cuman seiprit. Katanya sih itu peraturan sekolah di sini. Jadi mungkin kebiasaan dari sekolah itu terbawa sampai dewasa. Pernah gw memohon dengan sangat sama teman gw yang orang sini supaya rambut mereka di gerai lepas, dan usul gw ini di tolak mentah-mentah. Entah mengapa.

Sejak tiba di Srilanka, masyarakat di sini menebak umur gw lebih muda 4-6 tahun dari umur gw sebenarnya (ahhhh,jadi betah di Srilankaaaa). Mungkin ada hubungannya dengan teori gw di paragraph pertama (rambut pendek = terlihat awet muda). Teman gw, orang lokal di sini (sebut saja si A)ngajakin taruhan. Kalau gw bisa tahan ga potong rambut sampai pulang ke Indonesia (gw rencana tinggal selama setahun di Srilanka), si A janji traktir gw makan enak sepuasnya. Sekarang udah 3 bulan lebih gw di Srilanka. Sebenarnya gw udah pengen buaaanget potong rambut, gerah booo, tapi gw masi merelakan rambut gw menggondrong. Agak ngeri potong rambut di negara orang, takut gatot…gagal total. Si A pikir, gw belum potong rambut biar menang taruhan. Sumpah demi Taylor Lautner, gw sama sekali ga antusias sama iming-iming traktiran makan sepuasnya itu. Palingan juga traktirannya makanan serba kari. Muuuuaaaalesssss. Gw yang sejak tinggal di Srilanka sangat merindukan Mie rebus dengan topping daging babi (I miss so much more Ikudo….Baji Pamai), dilarang ga potong rambut 2 tahun juga gw rela rela rela la la la…. asal bisa makan mie rebus topping daging babi.

Nb: Kepada saudari Reni Hayati Liana Simbolon, gw masih simpan chat kita di WA, lo janji ngajak gw makan (baca: traktir) mie haram sepulang gw dari negeri kari ini. Daya ingat gw sangat bagus ren kalau soal ajakan makan.


Kompilasi rambut panjang

Style rambut anak sekolah

Sakawwwwwww

Hotel = Restoran

Setiap pagi gw selalu dibangunin sama aroma masakan nyokap dari dapur. Yupp, nyokap dari subuh sudah berkutat di dapur bikin sarapan heboh. Mulai dari nasi, sayur, hingga lauk. Lengkap 4 sehat. Engga 5 sempurna, susunya nebeng susu gratis di kantor, PRODUGEN (maaf promosi). Memang banyak orang Indonesia yang sarapan makanan berat. Mungkin hanya sebagian yang sarapan roti, sereal dan makanan kecil lainnya (yang gw anggap cuman ngotorin gigi).

Berbeda dengan di Srilanka, gw ga menemukan kehebohan persiapan sarapan di dapur. Untuk sarapan, orang Srilanka (khususnya etnis Tamil) mengkonsumsi makanan sederhana khas Srilanka yang didominasi dari tepung dan oil-free. Jarang ada menu sarapan di Srilanka yang menyediakan nasi komplit beserta teman-temannya. Kalaupun ada menu nasi, paling hanya dibarengi sama sambal khas Srilanka (nama sambalnya = SAMBAL…..iya beneran nama sambal di sini SAMBAL) yang dibuat dari kelapa parut, bawang merah mentah, cabe bubuk dan jeruk nipis. Mengenai makanan khas Srilanka akan gw bahas di postingan berbeda. Enak juga jadi ibu rumah tangga di Srilanka, pagi-pagi ga kelimpungan bikin sarapan menu komplit.

Awal-awal gw tinggal di Srilanka, karena sarapan yang disediakan kurang nendang, gw sering kelaparan di jam nanggung (jam 10 atau 11 siang). Kadang abis sarapan gw suka kabur cari makanan di luar. Sialnya, jarang ada rumah makan yang buka di pagi hari, kalaupun ada yah menu yang dijual cuman menu sarapan ringan, belum jualan menu komplit lauk-pauk. Kontras banget sama di Indonesia, selama gw bergelar anak kos (yang selalu beli makan di luar), gw dengan mudah nyari sarapan nasi komplit. Warung nasi bebek aja udah buka dari pagi, bahkan beberapa rumah makan banyak yang buka 24 jam. Temen-temen kantor gw pagi-pagi udah jajan nasi-soto, bubur ayam, nasi uduk sampai nasi warteg komplit.

Banyak karyawan di Srilanka yang bawa bekal makan siang. Lucunya bekal mereka ga ditaruh di ompreng (kotak makan) seperti bekal di Indonesia. Mereka menaruh di kertas makan yang di dalamnya dilapisi plastic. Kertas wadah ini ga dikaretin atau di staples, cukup dilipat aja (seperti amplop). Jika ada kuahnya, maka kuah di letakkan diplastik kiloan. Wahhhh, kayanya Lion Star atau Tupperware harus melebarkan area pemasaran mereka sampai ke Srilanka nih.

Saat makan di restoran lokal atau saat ada acara makan-makan bersama dengan jumlah orang yang banyak, bagian atas piring selalu dialasi sama selembar plastik bening. Jadi makanan ga nyentuh sama piring. Kalau ada makanan sisa di piring, tinggal lepas bagian plastik yang nempel terus buang ke tempat sampah. Hemat air dan sabun cuci piring sih tapi kalo ketauan anggota Green Peace bisa diomelin tuh, plastik kan susah diurai bumi.

Porsi makan di sini ajubileh gueeedenya. Apalagi porsi nasinya,,ampun makkk. Kadang saat beli makan di luar atau dikasi nasi kotak gw hanya sanggup makan setengah, kadang sepertiganya. Padahal fisiologis orang sini jarang yang endut-endut. Ga adillll,,,,gw yang makan cuman seiprit tapi ga kurus-kurus kaya orang sini. Selain itu orang Srilanka juga jarang menggunakan sendok, kebanyakan langsung menggunakan tangan walaupun makanannya berkuah. Kalau makanan berkuah panas, maka akan ditunggu sampai dingin. Beberapa kali gw mampir ke rumah makan lokal, mereka ga pernah menyediakan sendok.

Ngomong-ngomong soal rumah makan, pas sampai di Srilanka, di sepanjang jalan banyak rumah-rumah kecil dengan Papan Nama HOTEL. Waduhhh, gw langsung mikir ini daerah prostitusi, moso banyak hotel kecil-kecil gitu di sepanjang jalan. Ternyata eh ternyataaaa, HOTEL tuh artinya rumah makan. Hahaha. Tapi sampai sekarang gw masi canggung nyebut “Hotel” kalau pamit mau beli makanan….”eh gw mau ke Hotel dulu ya”…. Kesannya mau ngapain gituuuu mampir ke hotel.  Takut ditawar…Hehehehe.


MATHUSAN HOTEL

Bungkus makanan di Srilanka


Monday, November 23, 2015

(Pawai) Orang Meninggal

Beberapa tahun lalu gw melayat orang tua teman yang bersuku batak. Gw pergi sama teman gw yang bukan suku batak (sebut saja A). Sampai di sana si A ini kaget karena pas kami tiba sedang berlangsung sesi ibadah pakai keyboard yang disambungkan dengan speaker gede. Jadi kedengaran sampai ujung jalan. Yang bikin si A kaget lagi, tersedia menu prasmanan di rumah duka, jadi para pelayat dipersilahkan  makan. Si A nyeletuk: “Ini acara kematian apa acara kawinan yol?”. Gw jelasin lah sama si A mengenai budaya orang batak yang meninggal apalagi jika meninggal di usia tua dan punya banyak cucu, di kampung sana pasti potong kerbau. Si A bilang “pantesan orang batak pekerja keras ya yol, meninggal aja ga boleh miskin, kerbau kan mahal.” Haha, kesimpulan yang masuk akal.

Di daerah Puttur Srilanka (etnis Tamil), gw menemukan hal unik terkait peristiwa kematian. Pernah ada 1 jemaat gereja yang meninggal. Saat hari pemakaman, tibalah jenazah ini di gereja sebelum dibawa ke pemakaman. Peti diletakkan di tengah gereja dan dibuka. Yang gw bingung, semua orang berdiri mengelilingi peti tersebut termasuk keluarga. Ga ada 1 pun orang yang duduk, padahal gw udah siap ngambil posisi buat duduk. Gw pikir akan ada ibadah pelepasan atau ibadah tutup peti. Dalam posisi masih berdiri, tiba-tiba pendeta mulai berdoa. Selesai berdoa peti ditutup kembali. Udah beres. Gitu aja. Ga sampe 10 menit. Bubar jalan. Jenazah langsung dibawa ke pemakaman. Gw tanya lah sama pendeta kenapa cuman sebentar, ga ada ibadah. Ternyata memang bukan tradisi jenazah dibawa ke gereja. Tetapi ada beberapa orang yang request untuk dibawa ke gereja. Nenek ini sebelum meninggal berpesan untuk dibawa ke gereja saat mau dikubur. Yah mungkin ibadah pelepasan sudah dilakukan di rumah duka. Tapi kalau memang direncanakan dibawa ke gereja dulu sebelum dikubur, logikanya mending sekalian ibadah pelepasan dilakukan di gereja. Jadi ga awkward banget di gereja cuman buka peti-berdoa-tutup peti-bubar.

Kalau di Indonesia biasanya saat iringan pemakaman, yang di baris depan akan membawah foto orang meninggal saat masih hidup dalam ukuran pigura. Kalau di Srilanka foto diganti dengan spanduk. Jadi foto orang yang meninggal di cetak di spanduk (ukuran sekitar 2x1 m). Selain itu sepanjang jalan keluar dari rumah duka sampai ke pemakaman iring-iringan mobil jenazah disertai dengan pukulan semacam bedug dan petasan yang dinyalakan tanpa henti hingga tiba di pemakaman. Bedug ini ga cuman 1 loh, kadang 3, kadang 5. Bener-bener mirip malam takbiran. Untuk beberapa orang (yang biasanya tajir), petasan dan bedug ini dimainkan bukan hanya saat jalan ke pemakaman, tapi dari pagi. Jadi misalnya dikubur hari rabu, dari rabu pagi petasan dan bedug dimainkan di rumah duka dan terus nyambung sampai perjalanan ke pemakaman.

Kalau yang meninggal orang Hindu, mobil jenazah dihias meriah kaya mobil pawai. Pertama kali gw liat iring-iringan ini, gw heboh banget nyamperin ke jalan raya sambil foto-foto. Seru liat atraksi bedug dan petasan yg lewat, apalagi ada mobil hias yang lucu dan warna-warni. Tapi kok di barisan belakang pemukul bedug beberapa orang menangis (Iringan jenazah semua jalan kaki, ga ada yang naik mobil). Pas gw balik ke kamar dan gw tanya sama orang lokal, ternyata itu iringan jenazah, astagadotcommmm, gilak ga enak banget tadi foto-foto antusias saat orang lain berduka. Kirain ada pawai. Maaffff. Untung aja tadi gw ga kecentilan pakai dadah-dadah….bisa-bisa gw dideportasi.


Mobil jenazah Hindu-Tamil

Spanduk orang meninggal 


Tamil Black Day

Demo yang paling popular di Indonesia adalah demo buruh. Sewaktu gw masih kerja di pabrik, tiap kali ada demo buruh gw senang banget soalnya pabrik diliburkan (terkadang gw berharap semoga demonya seminggu). Para petinggi asosiasi buruh mewajibkan semua buruh di Indonesia ikut demo makanya tidak boleh ada kegiatan di pabrik. Yaelah pak, emang yang kerja di pabrik isinya buruh aja. Selain buruh, beberapa orang juga suka demo untuk mengutarakan pendapat mereka. Tetapi biasanya demo ini ga ganggu aktivitas orang lain. Palingan hanya bikin macet lalu lintas.

Di daerah etnis Tamil Srilanka , tanggal 13 November 2015 ada yang namanya Black Day. Sejumlah orang demo menuntut pembebasan para pria (mayoritas anak muda) yang ditangkap saat terjadi perang Tamil. Srilanka memang pernah mengalami perang etnis yang cukup besar dan berlangsung puluhan tahun. Perang telah usai 2009 kemarin. Walaupun perang telah usai, masi banyak warga yang di penjara. Hal inilah yang diperjuangkan para pendemo di Black Day.

Para etnis Tamil ini tidak hanya berdemo, namun mereka menghentikan seluruh kegiatan. Benar-benar berhenti total..tal..tal. Tidak ada transportasi umum yang beroperasi. Sarana umum dalam bidang ekonomi juga tutup total seharian. Bank, pasar, toko-toko, sampai rumah makan kecil juga tutup. Hanya rumah sakit yang masih buka. Itupun sepi pasien karena tidak ada akses transportasi. Salutttttt,,,mereka kompak banget. Tanpa ada kordinasi. Hanya di infokan di media pada H-1 bahwa akan ada Black Day.

Yah perang yang berlangsung selama puluhan tahun memang sudah berakhir, kesepakatan damai sudah dibuat. Namun cerita pahit sisa perang masih ada. Dua orang penghuni jompo di panti jompo tempat gw tinggal menjadi gila karena anaknya meninggal saat perang. Beberapa warga tercerai berai karena beberapa orang memilih ke luar negeri meninggalkan Srilanka. Sarana dan prasarana yang rusak. Hilangnya masa depan generasi muda yang ditangkap oleh pihak musuh dan di penjara bertahun-tahun. Semoga Black Day kemarin memberikan dampak positif. Semoga para tahanan perang bisa segera dibebaskan karena tugas mereka menanti untuk membangun bangsa.

Older Man Declare War, But It Is The Youth That Must Fight And Die (Herbert Hoover)

Wednesday, November 18, 2015

and I Think to My Self, What a Wonderful World

Selama di Srilanka, gw tinggal di panti jompo. Di postingan sebelumnya gw pernah bercerita mengenai 2 opa penghuni jompo yang mengalami gangguan jiwa sejak lahir. Kali ini gw akan bercerita mengenai 6 oma penghuni jompo yang mengalami gangguan jiwa. Selanjutnya gangguan jiwa akan disingkat jadi GJ (gangguan jiwa). Ke-6 oma ini mengalami GJ tidak dari lahir, tapi di tengah perjalanan hidup mereka. Mengapa para oma GJ ini ditempatkan dipanti jompo, bukannya di Rumah Sakit Jiwa? Beberapa oma tersebut pernah merasakan kehidupan Rumah Sakit Jiwa, setelah kesehatan mental mereka dianggap membaik dan tidak membahayakan orang lain, mereka di lepas ke lingkungan normal dengan tetap di bawah pemeriksaan rutin dari dokter. Selain itu kuota Rumah Sakit Jiwa juga terbatas (wew tenyata banyak orang stress), jadi walaupun ada yang belum terlalu tua (masih sekitar 50 tahunan, mereka di bawa ke panti jompo (untuk yang sudah tidak ada keluarga lagi).

Ada oma GJ yang bernama Oma Theva. Oma bertubuh gemuk ini mengalami gangguan jiwa karena KDRT oleh suaminya. Gw suka ngajak ngobrol Oma Theva, kadang dia balas obrolan gw, kadang hanya dibalas senyuman aja. Kalau gw elus tangannya, dia pasti langsung senyum. Oma ini suka dimarahin pengasuh soalnya kadar gula darah dan kolesterolnya tinggi. Kalau lagi diomelin supaya jangan makan banyak, dia cuman nunduk sambil garuk kepala, persis seperti anak kecil. Pernah gw liat Oma Theva lagi jalan ngegandeng Oma Baby (Oma baby memang susah jalan dengan baik). Aihhh, benar-benar pemandangan yang menyentuh hati.

Ada juga yang namanya Oma Meri dan Oma Baby. Kedua oma ini mengalami gangguan jiwa karena anak mereka jadi korban perang. Srilanka memang pernah mengalami perang antar etnis yang berlangsung selama puluhan tahun dan baru selesai di tahun 2009. Oma Meri sewaktu muda terkenal cantik. Sekarang Oma Meri selalu menundukkan kepala dan jarang berbicara, namun guratan cantiknya masih terlihat. Oma Baby badannya sangat kurus karena susah makan. Beberapa kali Oma Baby diomelin pengasuh karena ketahuan mindahin makanan dari piringnya ke piring Oma Theva (Oma Theva memang doyan makan jadi dia senang-senang aja kalau dikasi makanan tambahan). Karena ketahuan suka jadi 'vacuum cleaner' makanan oma lain, sekarang kalau lagi jam makan biasanya Oma Theva diungsikan dari oma lain. Mau ga mau mereka harus ngabisin makanan mereka sendiri.

Ada Oma Damayanti dan Oma Jeya. Mereka ini transferan dari Rumah Sakit Jiwa karena dianggap sudah sembuh. Karena mereka sudah tidak punya keluarga lagi, maka pihak Rumah Sakit Jiwa mengirim ke panti jompo. Iuran bulanan mereka di panti jompo ditanggung oleh pemerintah karena dianggap warga yang tidak bisa produktif bekerja dan tidak memiliki keluarga lagi. Mereka ini masing-masing memiliki mentor yang berasal dari pegawai pemerintah. Terkadang mentor mereka datang mengunjungi. Bahkan saat Oma Damayanti berulang tahun, sang mentor datang dan membawa permen. Bener-bener program pemerintah yang te-o-pe. Kalau gw lagi lewat di depan Oma Damayanti, dia selalu teriak manggil nama gw dan tepuk tangan, macam fans fanatik yang ketemu artis idolanya. Awalnya sih gw keki banget digituin, apalagi kalau lagi ada tamu dari luar, tapi lama-lama terbiasa #yah mau gimana lagiiiiii hahaha#.

Yang terakhir namanya Oma Pusparhani. Oma ini mengalami cacat saat lahir sehingga tangan kanan dan kaki kanannya bengkok. Lambat laun Oma Puspa menjadi stress karena merasa dirinya cacat dan tidak berharga.

Di Indonesia, kalau di jalan ketemu sama orang yang mengalami GJ, gw bakal menjauh atau lari. Awal bertemu dengan oma GJ di panti jompo ini gw juga takut banget, ga berani dekat-dekat. Senyum aja gw ga berani. Selama ini gw pikir pasien GJ suka ngamuk, teriak-teriak, dan menakutkan.Ternyata gw salah, ga selamanya pasien GJ suka ngamuk dan beringas. Malah oma-oma GJ ini cenderung pendiam dengan ekspresi muka yang kosong dan tertekan. Yah seperti layaknya manusia normal, kalau diperlakukan dengan baik maka akan memberikan respon yang baik pula.

Walaupun mengalami gangguan jiwa, mereka sangat memberkati gw. Mereka ini sangat penyayang. Para Oma yang mengalami gangguan jiwa memilki pengasuh yang mengurus keperluan mereka, namanya Ms.Shanti. Dia sehari-hari tinggal di panti jompo. Jika Ms.Shanti lagi off dan pulang ke rumahnya, mereka pasti nyariin Ms.Shanti seharian. Keliling panti jompo untuk nanya ke orang-orang kemana Ms.Shanti dengan mata berkaca-kaca. Aduh kalau ingat perilaku mereka yang penyayang, lumer banget rasanya. Yah mungkin kejiwaan mereka memang terganggu, namun mereka masih memiliki hati yang tulus untuk menunjukkan kasih sayang mereka.

Jadi ingat perkataan salah satu penghuni panti, dia bilang orang yang mengalami gangguan jiwa itu lupa menghitung berkat Tuhan yang telah mereka terima. Mereka hanya terfokus terhadap masalah yang mereka hadapi saja. Mereka lupa kalau selalu ada jalan keluar untuk setiap masalah dan selalu ada Tuhan yang menjaga anakNya. Bener juga sih, setiap orang pasti punya permasalahan masing-masing. Yah tapi masalah tersebut ga bisa menggantikan berkat dari Tuhan yang selama ini kita terima dan pastinya setiap permasalahan yang kita hadapi bikin kita makin kuat dalam menjalani hidup.

Seperti lirik lagu “…….ketika ku percaya, mukjizat itu nyata…”. Mukjizat itu nyata di dalam hidup orang yang berserah padaNya. Jangan pernah lelah meminta pertolongan Tuhan dan menanti mukjizatNya. Seperti mukjizat yang dialami mahasiswi farmasi yang di 2 tahun pertama kuliah IP nya selalu dibawah 3 (bahkan pernah mendapat IP 2,1), yang mengira akan menjadi mahasiswa Drop Out dan memilki masa depan suram. Ternyata mahasiswi itu lulus tepat waktu dengan IP yang jauh lebih baik dari perkiraan (sebut nama saja mahasiswi itu Yolanda Pohan, nama sebenarnya).

Sebelum terlanjur mengalami gangguan jiwa (pait…pait… pait….), sadarilah bahwa hidup tidak serumit ilmu kalkulus. Dibalik foto-foto bahagia (dan perut rata) ka Dian Sastro yang sering dia post di media social, pastilah dia juga punya masalah pribadi (yang tentunya tidak dia umbar). Mari menikmati setiap hal kecil dalam kehidupan sebagai hal yang indah untuk disyukuri, seperti yang diajarin Eyang Louis Amstrong  “…trees of green, red roses too, I see them bloom for me and you….I think to my self, what a wonderful world…”
Yes what a wonderful world, isn’t it?


Oma BAby, Oma Theva, Neng Yolan

Oma Meri
Oma Damayanti, Oma Pusparhani

Sunday, November 15, 2015

Peringatan Hari Lansia di Panti Jompo Methodist Srilanka

Di Srilanka, setiap tanggal 1 Oktober diperingati sebagai hari Lansia. Ada juga toh hari lansia (di Indonesia ternyata hari lansia diperingati setiap tanggal 29 Mei #baru tau#). Nah panti jompo tempat gw tinggal di Srilanka juga ikut merayakan hari lansia ini. Karena panti jompo ini dibangun oleh yayasan Kristen (walaupun ga semua penghuni beragama Kristen), maka perayaan dibarengi dengan Ibadah yang dilakukan di gereja (panti jompo dan gereja masih satu komplek pagar). Perayaan hari lansia di panti jompo ini tidak dilakukan tanggal 1 Oktober karena 1 Oktober bertepatan dengan hari minggu sehingga perayaan diundur ke tanggal 29 Oktober. Jauh banget ya mundurnya sampai 28 hari, yah ga papa deh, toh masi sama-sama di bulan Oktober juga..hehehe.

Pada hari H, para jompo berkumupul di gereja. Untuk jompo yang sakit atau yang udah susah jalan ga bisa ikutan acara ini. Yah beberapa jompo memang ada yang sudah tidak sanggup lagi jalan jauh ataupun duduk terlalu lama. Pihak panti jompo juga mengundang sekolah yang terletak persis di depan panti (sekolah dari yayasan Hindu). Beberapa guru dan para siswa terlihat datang. Pihak panti jompo memang  meminta pihak sekolah agar para siswa bisa mengisi acara di acara hari lansia ini.

Saat ibadah dimulai, para jompo dan undangan yang non-Kristen hanya duduk diam dan mendengarkan. Setelah ibadah singkat selesai maka masuk sesi acara hiburan. Para jompo dihibur oleh penampilan para siswa sekolah. Ada yang baca puisi, menyanyi, dan juga menari. Ada 3 grup penari. 2 grup perempuan dan 1 grup laki-laki. Grup penari perempuan yang pertama menarikan tarian daerah Srilanka. Seorang guru melantunkan lirik dan para murid perempuan menari. Guru ini seperti sinden, bedanya si guru melantukan lirik tanpa alat musik. Grup tari perempuan yang kedua dan 1 grup tari laki-laki menarikan lagu yang lagi hits di Srilanka dengan menggunakan kaset. Lucunya, saat grup tari perempuan sedang menari, tiba-tiba mati lampu jadi musik dari kaset berhenti. Satu orang dari peserta grup tari tersebut menangis. Saat kejadian itu, gw spontan ketawa ngakak (dan kencang). Tetapi cuman gw aja yang ketawa, dan semua orang ngeliatin gw. Langsung deh gw pura-pura sibuk main hp.

Melihat grup tari ini gw langsung ingat jaman gw kecil pas ada panggung 17 Agustusan yang ada penampilan anak-anak menari. Gw teringat dandanan menor anak-anak jaman gw kecil. Anak-anak grup tari di hari lansia ini juga didandanin menor abeeees tanpa ampun sama gurunya. Bedak tebal dan blush on merah terang nempel di pipi mereka. Kayanya kalau mereka bersin, ketebalan bedak jadi berkurang. Belum lagi lipstik merah tua (macam punya Taylor Swift) ikut ambil bagian di bibir mereka. Benar-benar kontras dengan kulit mereka yang gelap. Disempurnakan dengan pakaian yang berwarna mentereng dengan hiasan bunga di kepalanya. Belum mulai nari aja gw sudah terhibur banget sama dandanan mereka.

Setelah penampilan dari para siswa, saatnya penghuni panti jompo beraksi. Beberapa opa ada yang menyanyi dan juga baca puisi. Seharusnya ada penampilan tarian dari Opa Mohan. Tetapi berhubung H-1 Opa Mohan digigit anjing, terpaksa atraksi tariannya batal karena Opa Mohan masih kesakitan. Setelah penampilan beres, dilakukan pembagian souvenir dari panti jompo. Para Opa mendapat gelas sedangkan para Oma mendapat daster. Horeeeee.

Setelah acara selesai, saatnya snack time. Semua orang mendapat bungkusan kue yang terdiri dari pastel (teteuup isinya kari), sepotong kue bolu keras, 5 keping biscuit regal, dan dinikmati bersama segelas teh susu (teh susu apa susu teh ya? Pokoknya teh manis yang dikasih susu). Ini benar-benar acara yang sangat sederhana tetapi gw sangat menikmati acara ini.

Walaupun pihak yayasan pusing mengatur anggaran yang pas-pasan, mereka berusaha tetap mengadakan acara hari lansia ini. Gw yang ikutan ngebungkus kue sebelum acara dimulai harus mutar otak agar kue yang dibeli cukup untuk semua tamu. Teman gw juga mendadak jadi pintar karena harus berpikir keras membeli konsumsi seharga uang yang diberikan pihak yayasan. Dengan segala hambatan keuangan pun pihak yayasan berusaha memberikan suvenir untuk para lansia. Yah bagi para lansia di panti jompo yang selama ini merasa kesepian dan terabaikan oleh keluarga, acara hari lansia memberikan hiburan tersendiri. Souvenir yang diberikan pastinya juga memberikan arti yang mendalam bagi mereka. Setidaknya membuat mereka merasa dicintai dan diperhatikan.

Semoga di hari lansia, para lansia bisa merasakan kasih sayang dan cinta dari orang-orang di sekitar mereka..tetaplah tersenyum dear lansia.

Penampilan grup tari

Sebagian lansia dan undangan

Pembagian suvenir

Penampilan menyanyi dan baca puisi dari lansia


Bungkus snack dan suvenir

Baca puisi dan bernyanyi


We are His masterpieces, aren't we?

Di Indonesia, gw jarang berinteraksi dengan kaum lansia. Gw juga ga pernah berinteraksi dengan kaum yang mengalami gangguan mental. Tetapi di Srilanka gw berinteraksi dengan 3 jenis kaum: kaum lansia, kaum yang mengalami gangguan mental, dan kaum lansia yang mengalami gangguan  mental. Gimana rasanya? G4d0-g4d0

Di panti jompo tempat gw tinggal, ada 8 jompo mengalami gangguan jiwa (2 opa dan 6 oma). 2 opa ini mengalami gangguan jiwa sejak lahir. 6 oma mengalami gangguan jiwa di tengah-tengah perjalanan hidupnya. Selanjutnya gangguan jiwa akan gw singkat jadi GJ (gangguan jiwa). Kali ini gw akan membahas jompo yang mengalami gangguan jiwa sejak lahir.

Untuk 2 opa yang  GJ sejak lahir, mereka bertingkah seperti anak kecil. Ada 1 opa suka ngikutin apa yang dikerjakan orang lain. Namanya Opa Mohan. Ada orang ngangkut kayu, dia ikutan. Ada orang berkebun, dia ikutan. Opa ini selalu tersenyum nyengir kalau ketemu gw. Ademmmmm banget senyumnya, terasa tulus. Cuman pernah sekali Opa Mohan ga senyum sama gw, waktu itu dia abis digigit anjing, jadi buru-buru mau ke dokter. Hiks kasihan. Walaupun mengalami gangguan jiwa, Opa Mohan sangat baik, tidak pernah mengganggu. Setiap hari dia membantu di dapur panti jompo seperti motong sayur, memarut kelapa dll. Walaupun ga lama, kalau bosan maka opa akan pergi, beberapa menit kemudian datang lagi, bantuin lagi, terus pergi lagi. Kalau ada jompo lain yang panggil buat minta bantuan, dia langsung datang menolong, benar-benar menolong dengan tulus hati. Selesai menolong pasti dia langsung tersenyum. Pokoknya Opa Mohan seperti anak kecil yang ga bisa diam dan penuh rasa ingin tahu.

Opa Mohan selalu pakai sarung dan telanjang dada. Tetapi kalau ke gereja selalu pakai baju (tetap bawahannya sarung). Kalau ibadah selesai, baru selangkah keluar pintu gereja bajunya langsung di buka. Opa Mohan main kecrekan kecil saat ibadah di gereja. Di gereja kami memang tidak ada alat musik. Jadi kecrekan Opa Mohan bikin suasana gereja lebih meriah. Opa Mohan juga selalu menyiapkan buku lagu saat ibadah minggu. Kalau pendeta lagi khotbah, dia suka maju ke depan bawa minuman. Jemaat sudah terbiasa dengan hal tersebut. Memang tingkahnya memecah konsentrasi, namun itu menunjukkan dia orang yang penuh belas kasih. Setiap ibadah selesai, gereja menyediakan roti yang dibagikan ke jemaat. Opa Mohan biasanya langsung mempersiapkan roti dan membagikan ke jemaat. Saudara Opa Mohan banyak yang tinggal di luar negeri, makanya Opa Mohan dititipkan di panti jompo.

Opa lain yang mengalami GJ namanya Opa Jehan. Opa ini ga bisa berinteraksi dengan baik. Dia seperti anak kecil yang punya dunia sendiri. Setiap hari Opa Jehan suka teriak “auuuuuu”. Kalau lagi jalan dia suka ngomong sendiri. Kadang dia suka nyamperin orang dan ngomong apapun yang ada di pikirannya, misalnya ngomongin sinetron yang baru ditonton atau ngomongin genteng yang dia liat bocor. Benar-benar seperti anak kecil yang suka berbicara banyak hal. Pernah juga Opa Jehan keliling panti jompo hanya untuk pamer rambut barunya saat baru pulang dari salon.

Tingkah dari Opa Jehan yang paling menyentuh hati gw adalah waktu dia berbicara sama anjing. Anjing liar ini tinggal dipanti jompo. Suatu waktu anjing ini diserempet motor yang bikin anjing ini terluka parah dan suka nangis kesakitan tiap hari (gw baru tau anjing bisa juga nangis sampai keluar air mata). Saat anjing ini melolong kesakitan, Opa Jehan selalu nyamperin anjing ini dan ngajak ngobrol, lama banget, sekitar 15 menit ngomong sama anjing. Gatau deh dia ngomong apa sama si anjing apa karena gw hanya memperhatikan dari jauh. Sewaktu gw lewat Opa Jehan bilang ke gw kalo anjing ini kesakitan dan harus ditolong karena bisa mati. Aduhhhh,,,,leleh rasanya hati ini. Sama seperti Opa Mohan, saudara-saudara Opa Jehan juga banyak yang sukses dan tinggal di luar negeri, jadi Opa Jehan di titipkan di panti jompo.

Gw sempat berpikir, kenapa yah Tuhan tega banget menciptakan manusia yang cacat jiwa dari lahir. Kan kasian orang tersebut menjadi olok-olok dan menjadi beban keluarga. Ternyata gw salah. Mereka itu bukan beban, tetapi berkat. Misalnya Opa Mohan, yang selalu tersenyum lebar kalau bertemu. Apalagi kebaikannya yang suka membantu orang. Selain itu tingkah lakunya yang kekanakan kadang menghibur orang-orang di sekitarnya yang mungkin lagi stress atau suntuk. Di saat orang lain memiliki dendam, benci, dan amarah, Opa Mohan dan Opa jehan menyodorkan hatinya yang tulus. Melalui mereka juga Tuhan membentuk hati anggota keluarga mereka untuk selalu peduli antar keluarga walaupun cacat. Terbukti walaupun jauh di luar negeri, anggota keluarga mereka selalu menyempatkan menjenguk opa-opa yang mengalami gangguan jiwa ini. Keluarga tetaplah keluarga.

Tidak ada ciptaan Tuhan yang sia-sia. Semuanya tergantung dari cara kita memandang. Dalam segala keterbatasannya, mereka bisa melayani Tuhan di gereja walaupun hanya hal sepele. Tetapi Tuhan memandang hati kan? Terlahir dengan kondisi yang tidak normal, kedua opa ini bener-bener memberkati gw, dan gw yakin memberkati orang lain juga. Apakah gw (yang normal ini) juga sudah jadi berkat buat orang lain? #introspeksi#

Opa Mohan

Saturday, November 14, 2015

Gereja Methodist di Puttur-Srilanka

Di Srilanka gw tinggal di daerah Puttur, 10 jam berkendara dari Kolombo. Karena daerah ini merupakan daerah etnis Tamil, maka bahasa komunikasi menggunakan bahasa Tamil. Hanya sedikit orang yang bisa berbahasa Inggris. Pe-eR banget deh buat gw yang pelajaran bahasa Tamil nya masih di level pre-basic. Apalagi kalau lagi ibadah di Gereja. Biasanya gw hanya datang, duduk, diam, ngasi uang persembahan, dan pulang. Ga bisa ikut nyanyi karena buku lagunya dalam huruf Tamil. Walaupun ga ngerti bahasanya, namun gw senang dengerin orang Srilanka nyanyi. Suaranya tinggi-tinggi dan bergelombang. Persis kaya nyanyian di film India.

Setiap tanggal 1 (awal bulan) diadakan ibadah pagi hari jam 6.30 am di gereja sebagai ucapan syukur melewati 1 bulan dan siap menerima berkat di bulan baru. Kalau tanggal 1 bertepatan dengan hari Minggu, maka jemaat akan membawa makanan sukarela. Semua makanan dikumpulkan dan dimakan bersama-sama. Indahnyaaaa.

Bulan Oktober 2015 kemarin, Gereja tempat gw biasa ibadah (Gereja Methodist) berulang tahun ke 190 tahun. Wuih, tua juga. Tidak ada perayaan khusus yang dilakukan. Gereja dihias menggunakan bunga-bunga yang tumbuh liar di kebun sekitar gereja. Setelah ibadah, dibagikan nasi bungkus yang dimakan bersama-sama di gereja.

Jemaat di Gereja ini ga banyak, maklum di Puttur mayoritas Hindu. Jemaat yang datang tiap minggu ga lebih dari 30-an. Alat musiknya pun hanya gendang kecil dan kecrekan yang biasa dipakai anak kecil ngamen dipinggir jalan. Tidak ada paduan suara. Kalau lagi hujan, atap gereja bocor di beberapa bagian. Pernah sekali waktu pas lagi ibadah tiba-tiba hujan deras turun. Beberapa menit kemudian atap diatas tempat gw duduk bocor. Akhirnya gw pindah tempat duduk. Beberapa menit kemudian tempat yang baru gw dudukin kebocoran juga, pindah lagi deh. Jadi pemandangan jemaat-pindah-tempat-duduk-beberapa-kali adalah hal yang biasa saat lagi hujan deres. Walapun penuh keterbatasan, jemaat tetap beribadah dengan baik malah bisa lebih baik daripada gereja yang memilki fasilitas lengkap.

Yang gw suka dari ibadah di gereja ini adalah setiap kali ibadah pendeta selalu menyediakan sesi kesaksian. Jemaat dipersilahkan menyampaikan kesaksian mereka. Setiap minggunya selalu aja ada jemaat yang bersaksi minimal 5 orang (di dominasi oleh kaum perempuan). Enggak lama, paling cuman 1-3 menit per orang. Kesaksian bukan hanya disembuhkan dari sakit, lulus ujian, selamat dari kecelakaan dll), namun kesaksian mereka melingkupi ucapan syukur atas berkat sehari-hari yang mereka terima yang diceritakan dengan sungguh-sungguh. Terdengar sepele? Tidak sama sekali. Karena hal ini menyadarkan kita bahwa masalah yang kita hadapi masih keitung sama jari, kalah banyak sama berkat yang kita terima sehari-hari.

Ada hal yang menarik saat sesi perjamuan kudus. Di Indonesia, perjamuan kudus (roti dan anggur) hanya diberikan kepada orang dewasa yang sudah menerima baptis dewasa. Tetapi di Srilanka, anak kecil yang belum menerima baptis dewasa juga maju ke depan saat perjamuan kudus, ikut berlutut juga, namun roti dan anggur diganti dengan permen. Yah pada intinya memang anak kecil ini tidak diperkenankan menerima roti dan anggur. Mungkin permen tersebut hanya simbolis untuk menghindari iri hati anak kecil yang juga pengen maju ke depan. Kreatif.

Ada 1 aktivitas gereja di Indonesia yang sangat amat gw rindukan selama gw tinggal di Srilanka. Budaya jemaat gereja di Indonesia adalah salaman. Sampai di gereja sudah ada petugas penerima tamu yang menyambut untuk salaman. Masuk ke dalam gereja juga setiap jemaat menyalami jemaat lain. Seusai ibadah selesai salaman lagi. Gw kadang mikir, ngapain sih salaman mulu. Kan tadi sebelum mulai ibadah udah salaman. Namun di Srilanka ga ada budaya salaman. Masuk gereja tidak ada yang nyalam, pulang gereja juga tidak ada yang nyalam. Huhu, seumur-umur baru kali ini gw kangen salaman.


Gereja Methodist Puttur-Srilanka

Jemaat gereja

Perjamuan kudus anak kecil


Demam Emas

Srilanka bukanlah negara yang dikategorikan negara maju, tetapi yang bikin gw takjub pas tiba di Srilanka adalah kegemaran masyarakat Srilanka menggunakan perhiasan emas.  Gw sendiri kurang suka menggunakan perhiasan. Terkadang digunakan hanya untuk menghadiri acara khusus macam pernikahan, sampai di rumah yah di copot lagi. Apalagi tinggal di kota besar yang masih naik angkutan umum, jambret booo.

Nah kalau di Srilanka, dalam aktivitas sehari-hari mayoritas orang dewasa gemar memakai perhiasan emas terutama kaum perempuan. Mulai dari kalung, gelang, sampai anting emas. Beberapa pria juga terlihat ber-emas ria. Awalnya sih gw pikir, weww tajir nih pria, ternyata pas tau mayoritas warga Srilanka pemakai emas, batal deh ngegebet. Hehhh.

Gw punya temen yang kulitnya agak gelap (sebut saja “DA”, inisial sebenarnya). Doski ini ga pede banget pake perhiasan emas. Emang iya sih, agak kurang cucok orang berkulit gelap menggunakan emas, kelihatan cliiing banget (maaf ya DA soalnya pas ngetik ini gw ketawa ngakak ngebayangin ente pakai emas). Tapi orang Srilanka yang berkulit lebih gelap daripada Indonesia pada Pe-De tuh pakai emas. In fashion, confidence should be number one toh.

Ternyata emas ini bukan kegemaran orang kota aja, di desa juga banyak yang memakai emas. Yang bikin gw makin merasa jadi sudra adalah banyak ibu-ibu yang memakai 2 kalung emas. Kalung yang 1 agak gedean dan tebal, kalung satu lagi lebih tipis. Alamakkkkkk. Sedangkan gw hanya memakai anting perak biasa (yang gw beli di Centro pas promo buy one get one). Sedihnyooo, bener-bener merasa jadi kaum papa di negeri orang.

Ternyata eh ternyata, kalung yang gede dan tebal yang biasa dipakai ibu-ibu tersebut adalah ciri wanita etnis Tamil yang sudah menikah. Kalau biasanya pengantin hanya menggunakan cincin kawin, maka pengantin perempuan Tamil diberikan cincin dan kalung yang tebal tadi. Kasian banget untuk calon pengantin pria yang modalnya pas-pasan karena berat kalung mahar tersebut gw rasa lebih dari 20 gram. Semangat ya guysss.

Sempat gw tanya seorang ibu, ga takut apa sehari-hari pakai perhiasan mentereng. Apalagi rata-rata masih menggunakan angkutan umum kalau berpergian, kan mancing kejahatan banget tuh. Si ibu ini emang bilang kadang terjadi penjambretan perhiasan. Jadi sekarang terkadang beberapa orang pakai emas imitasi. Haiyaaaa, emas imitasi kan tidak mengurangi niat rampok. Mana mereka tau itu perhiasan yang dipakai calon korban asli apa palsu, pedagang emas aja masih butuh alat khusus untuk cek keaslian emas.
Yah sepertinya emas sudah menjadi never die fashion mereka. Atau jangan-jangan harga emas di Srilanka relatif murah kali ya? #langsung pergi cari tahu harga emas di Srilanka#



Sunday, November 8, 2015

Mahalnya Minyak Goreng

Di Indonesia harga produk ditentukan oleh masing-masing pedagang yang jual, tergantung dia mau untung seberapa banyak. Jadi harga sabun merek X di toko A bisa berbeda dengan harga di toko B. Di Srilanka harga produk akan tercetak di kemasan (langsung dari pabrik). Bahkan produk murah seharga 500 perak aja harganya juga tercetak di kemasan. Jadi harga produk di semua toko akan sama. Bahkan harga barang tersebut di desa yang jaraknya 10 jam dari kota tetap mengikuti harga yang tertera di kemasan. Salut banget. Jadi penasaran bagaimana para pabrik dan distributor bisa mengatur hal tersebut sehingga para penjual di pelosok tidak merasa rugi.

Sebelum gw berangkat ke Srilanka, gw berharap nilai mata uang di sini (Rupee Srilanka) akan lebih rendah dari pada Rupiah. Lumayan lah bisa jadi naik kasta untuk sementara waktu. Ternyata harapan tinggal harapan. Nilai mata uang di sini mirip sama Rupiah. Imbasnya, harga-harga barang di sini ya beti (beda tipis) dengan harga barang di Indonesia. Namun untuk produk yang di impor (misal cokelat, kosmetik, peralatan mandi, dll) harganya lebih mahal, bahkan ada yang 2-3x lipat daripada harga di Indonesia (merek sama). Kenapa ya, padahal kan di Indonesia barang tersebut juga termasuk kategori import. Batal deh jadi jutawan temporer. Tetap menjadi kasta sudra.

Harga produk non-import (lokal, buatan Srilanka) yang menurut gw paling muaaahal adalah minyak goreng. Harganya seliter 36 ribu. Wuidihhhhhhh. Itu merek dengan harga paling murah loh, masih ada lagi merek yang lebih mahal. Padahal di Indonesia harga minyak goreng cuman 25 ribu untuk ukuran 2L. Jadi bedanya hampir 3 kali lipat.

Beberapa waktu lalu, pas lagi mellow kangen makanan Indonesia, gw berencana bikin bakwan goreng. Beli tepung dan sayurannya sih murah. Tapi pas beli minyak gorengnya, aduh makkk kerasa banget bangkrutnya. Tapi gimana donk,udah ngidam banget sama bakwan,ga lucu banget bakwannya di masak kukus biar ga bangkrut beli minyak goreng.

Lalu dimulailah eksekusi bikin bakwan goreng. Baru kali ini gw bikin bakwan goreng dengan serius dan seksama. Kuatir rasanya ga oke, pasti bakal sedih banget karena teringat harga minyak gorengnya yang muahal. Pas bakwan udah matang dan mau diangkat dari penggorengan pun gw memastikan bakwan goreng ditiriskan dengan baik jadi minyaknya ga kebuang (naluri ogah rugi). Itu menjadi bakwan termahal (dengan rasa sangat biasa) yang pernah gw makan.

Kalau di Srilanka ada abang-abang gorengan, pasti harganya ga akan semurah di Indonesia yang harganya sepotong 1000 perak (kadang 2000 masih dapat 3 potong). Jaman gw masih jadi mahasiswa yang ngekos, gorengan adalah makanan penyelamat saat lagi kere-kere nya. Tinggal beli gorengan 2000 perak dimakan sama nasi. Perut kenyang, dompet selamat. Tapi makan gorengan di Srilanka berasa jadi kaum bangsawan.

Ada hikmahnya juga sih minyak goreng mahal, jadi menu makanan cenderung oil-free. Makanan deep-fried kan temenan baik sama semua bibit penyakit, khususnya penyakit metabolisme dan degenaratif. Yah walaupun gw kadang suka sakau kangen makanan yang digoreng, semoga aja pas pulang ke Indonesia bisa muncul kebiasaan baru yang baik untuk mengkonsumsi makanan oil-free. Misalnya kari...Hidup Kariiiiii!!!!!

Pesona Teh Srilanka

Tiap cerita ke teman kalau gw mau ke Srilanka, sebagian besar dari mereka bilang “Jangan lupa bawa oleh-oleh teh ya, teh Srilanka kan terkenal.” Kaget gw. Ada 2 hal yang bikin kaget. Kaget yang pertama: belum berangkat tapi udah dimintain oleh-oleh. Kaget yang kedua: baru tau banget kalau teh di Srilanka sebegitu termasyhurnya. 

Ternyata benar apa yang teman-teman gw bilang, teh Srilanka cukup terkenal. Beberapa papan reklame teh terpasang di beberapa tempat yang menandakan bahwa itu salah satu jualan andalan mereka terutama buat para turis. Variasi merek teh banyak terpampang di swalayan Srilanka dengan labeling “Pure Ceylon Tea” (Ceylon adalah nama Srilanka di jaman dulu). Selain variasi merek, mereka juga membuat beberapa variasi aroma. Kedai  dan Kafe teh pun banyak ditemukan di sini.

Masyarakat lokal Srilanka punya tea time khusus. Di wilayah puttur, beberapa warga punya kebiasaan minum teh di pagi dan sore hari. Bahkan di panti jompo tempat gw tinggal jadwal minum teh pagi (5.30), siang (10.00) dan sore (15.00). Teh disini juga terkadang disajikan dengan susu seperti teh tarik. Mereka menyebutnya Milk Tea. Namun menurut gw masih juara teh tarik nya orang Malaka yang bikin gw nambah sampai 3 gelas, padahal biasanya gw ga doyan minuman manis . Temen gw aja yang ga doyan minum teh jadi  ketagihan waktu minum teh tarik di Malaka. 

Di Kolombo, gw sempat mendatangi 2 kantor dan melihat aktivitas kegiatan perkantoran di sana. Di pagi dan sore hari, ruang 2 kantor yang gw datangi itu didominasi aroma teh. Harummmmm.

Terkait soal selera, menurut gw sih rasa teh di sini biasa aja, ga gimana-gimana banget. Udah 4 merek teh yang gw icip, dari yang murah sampai yang agak mahalan (yang mahal banget belum pernah gw coba, ga ikhlas ngeluarin duitnya). Ditambah lagi beberapa kali gw mampir di ke rumah orang dan disuguhi teh. Menurut gw rasanya hampir sama dengan teh Indonesia, paling beda nya kalau yang gw seduh teh beraroma, ya jadi lebih wangi, tapi soal rasa ga ada perbedaan yang signifikan. Ga ada yang bikin gw ketagihan kaya ketagihan teh tarik nya Malaka. Di Indonesia setiap hari gw selalu minum teh hijau tanpa gula. Terkadang minum teh biasa tapi tetap tanpa gula. Mungkin karena lidah gw sudah 6 tahun terbiasa dengan rasa hambar-pahit teh hijau, jadi gw kurang bisa menikmati cita rasa teh yang lain, termasuk teh Srilanka.

Mengenai teori teh Srilanka yang tersohor endesss itu (yang menjadi inspirasi nama blog gw), mungkin bisa terjawab saat gw pulang ke Indonesia dan bawain oleh-oleh teh Srilanka buat mereka yang (sangat ) gw rindukan. 

Untung deh Srilanka terkenal dengan teh. Ga kebayang kalau Srilanka terkenal dengan terasi. Moso gw harus berburu oleh-oleh terasi Srilanka dengan berbagai merek. Oh nooooooooooo.

Beberapa merek teh srilanka

Friday, November 6, 2015

Timberlake Yolanda, Bukan Yolanda Timberlake

Family name (marga) bukan hal yang asing di masyarakat Indonesia. Biasanya marga ada di belakang nama. Emang sih ga semua etnis Indonesia ada family name nya. Gw yang suku batak, marga gw adalah Pohan, yang diturunkan dari pihak ayah. Jadi nama gw Yolanda Pohan. Bokap, kakek, kakek buyut dan sebelumnya semuanya nama belakangnya Pohan.

Berbeda dengan orang Tamil Srilanka. Di sini mereka ga ada marga, namun nama ayah diturunkan ke nama anak. Jika sudah menikah, nama perempuan akan berubah mengikuti nama suami. Jadi misalnya nama bokap gw Brad Pitt, maka nama gw Pitt Yolanda (nama ayah di depan). Nama ayah biasanya disingkat saja sehingga jadinya P.Yolanda. Nama gw bukannya Brad Yolanda karena Brad adalah nama ayah dari ayah gw (kakek).

Kalau gw nanti menikah sama Justin Timberlake (J. Timberlake). Maka nama gw berubah menjadi Timberlake Yolanda (Bukan Justin Yolanda karena Justin adalah nama ayahnya si Timberlake). Kalau nanti gw punya anak dan pengen gw kasih nama Orlando maka namanya Timberlake Orlando (T.Orlando). Kalau anak gw si Orlando punya anak namanya Rihanna, maka nama anaknya jadi Orlando Rihanna (O.Rihanna). Begitu seterusnya sampai Maranatha.

Eniwei, kebanyakan nama orang di Srilanka panjang-panjang banget, bisa lebih dari 4 bahkan 5 suku kata. Misalnya Nitiyananthan, Savuntalan, Chandramogan, Alakasuntharan. Hanya sedikit orang Srilanka yang mengadopsi nama luar yang familiar seperti Nathali, Gabriel, dll.

Gw yang lidahnya terbatas dengan nama pendek, awal-awal tinggal di Srilanka kesulitan banget ingat nama orang sini yang panjang apalagi nama tersebut ga familiar di kuping gw. Walaupun udah kenalan sampai 5x, besoknya pasti lupa lagi namanya (faktor IQ juga sih). Jadi gw kalau ngomongin orang menyebutkan ciri khusus. Karena gw sehari-hari tinggal di rumah jompo, maka gw menyebutkan nama opa-oma dari penyakitnya, misalnya gw mau ke kamar salah satu jompo maka gw bilang mau ke kamar oma yang sakit diabetes. Atau mau nonton ke kamar opa yang obatnya atorvastatin-olanzapin (gw emang sering nganterin obat ke kamar jompo karena biasanya mereka suka lupa minum obat). Kalau jomponya ga ada penyakit gimana donk? Gampang, inget aja umurnya atau profesinya waktu muda. Misalnya mau main ke kamar opa 84 tahun, atau mau main ke kamar oma yang dulu jadi guru TK. Seperti kata Eyang Shakespeare: "Apalah artinya sebuah nama".