Thursday, December 31, 2015

Christmas Carol Rumah Jemaat Gereja St.Luke Srilanka

Pada tanggal 21 Desember 2015 kemarin, gw ikutan acara kunjungan natal ke rumah-rumah jemaat Gereja St.Luke Methodist (Puttur, Srilanka). Nama bekennya Christmas Carol. Tim Christmas Carol berjumlah sekitar 15 orang. Kami mulai berangkat jam 9 pagi. Tiga orang dari rombongan menggunakan baju sinterklas (Nimron 8 tahun, Anthoni 23 tahun, dan Opa Mohan 65 tahun). Nimron adalah anak evangelis (gembala sidang) di gereja. Kami menyewa van (semacam elf) karena banyak jemaat yang rumahnya jauh dari gereja. Sepanjang perjalanan di van, rombongan tidak berhenti menyanyi. Gw cuman bisa cengar-cengir kuda dan bantu tepuk tangan karena ga ngerti sama lagunya (lagunya berbahasa Tamil). Kegiatan yang dilakukan tim Christmas Carol di rumah jemaat adalah bernyanyi 2 lagu (saat kami bernyanyi para sinterklas berjoget ria), pembacaan alkitab lalu di tutup dengan doa dan berkat dari pendeta. Rumah jemaat yang dikunjungi sekitar 20-30 rumah.




Puttur Srilanka adalah daerah yang ekonominya menengah ke bawah, jadi banyak jemaat gereja yang kurang mampu. Tidak ada satupun jemaat yang memasang pohon natal di rumahnya. Tetapi yang bikin gw terenyuh adalah kerelaan mereka menyuguhkan minuman dan cemilan untuk menyambut kedatangan kami. Malah ada tuan rumah yang langsung pergi pas kami datang. Pas kami mau pamit pulang, hanya tinggal anaknya yang masih SMP bersama kami. Ternyata si ibu pergi ke warung beli minuman soda dan biskuit untuk kami. Dari semua rumah yang kami datangi, hanya 1 rumah yang tidak kami suguhkan lagu dan tarian dari sinterklas. Pemilik rumah mengalami depresi berat karena anak perempuan mereka bunuh diri beberapa bulan yang lalu karena putus cinta (haishhh!!!!). Jadi kami hanya datang memberikan penghiburan dan pendeta memimpin doa.



Pada siang harinya, kami mengunjungi penjara anak. Ada lebih dari 50 anak tinggal di sana. Kami membagikan bingkisan yang berupa buku dan alat tulis. Walaupun hanya minoritas yang merayakan natal, namun semua anak dari berbagai agama turut serta bergabung dan menari bersama. Setelah menari-menyanyi, renungan natal singkat dari pendeta serta pembagian bingkisan, kami meninggalkan tempat tersebut. Alangkah sedihnya masih kecil harus tinggal terpisah dengan orang tua dan menjalani hukuman. Semoga mereka tidak lagi kembali ke penjara anak jika mereka kelak dibebaskan.



Dari penjara anak, kami kembali melanjutkan Christmas Carol ke rumah jemaat gereja.

Kunjungan yang menurut gw paling berkesan adalah rumah jemaat yang terletak di pinggir lapangan. Jemaat ini bisa dikatakan miskin. Rumahnya hanya ada 1 ruangan dan 1 dapur kecil tanpa sekat dengan ruang utama. Tinggi rumah rasanya ga sampai 1.8 meter dan WC terletak di luar rumah. Karena rumah sangat kecil dan tidak ada teras, acara dilakukan di lapangan depan rumah sambil bermandikan terik matahari. Alhasil kami sukses jadi tontonan warga yang tinggal di sekitar lapangan. Selesai acara, tuan rumah menyuguhkan teh susu dan biskuit.



Hampir setiap rumah menyuguhkan teh susu dan biskuit. Teh susu memang minuman yang sangat populer di sini. Dapat dipastikan kadar gula darah gw melambung tinggi. Mau nolak suguhan tuan rumah tapi ga enak takut dikira somse (maklum bukan warga lokal, jadi harus jaim dikit). Lagipula kasian sama tuan rumah yang sudah repot menyediakan. Yasudalahya, gw yakin hormon insulin gw masih bisa bekerja dengan baik untuk memproses glukosa dari suguhan berliter-liter teh susu yang masuk saat Christmas Carol ini.

Selain rumah jemaat, kami juga mendatangi panti jompo. Gereja dan panti jompo memang 1 sinode (Methodist) dan terletak dalam 1 komplek (gereja bersebelahan dengan panti jompo). Lucunya, karena bangunan panti jompo bentuknya melebar dan banyak jompo yang sudah susah jalan jauh, kami bernyanyi 3 kali di panti jompo ini yaitu di sayap kanan, di ruang bagian tengah, dan sayap kiri. Yah ga papahlah, demi bisa melihat senyum dan tawa para opa oma. Walaupun banyak penghuni panti jompo yang tidak merayakan natal, mereka semua ikutan berkumpul, bergembira bahkan ikut menyumbang dana natal.

Rumah terakhir yang kami datangi adalah rumah evangelis (gembala sidang) yang terletak persis di sebelah gereja. Ini memang rumah dinas khusus evangelis yang melayani di gereja. Setelah joget-joget selesai, tiba-tiba Nimron (anak evangelis yang hari ini berperan jadi sinterklas) menangis kencang. Kita semua kaget karena seharian ini Nimron joget penuh semangat di rumah-rumah jemaat kok tiba-tiba di rumah sendiri dia nangis histeris. Ternyata eh ternyataaaaa….Nimron sedih dan terharu karena 4 Januari 2016 keluarga evangelis ini akan dimutasi ke daerah lain untuk menjadi evangelis di wilayah tersebut. Ayah Nimron sudah 5 tahun melayani di gereja ini sebagai evangelis, jadi Nimron merasa sedih karena perpisahan sudah di depan mata. Aduh Nimron, pastinya nanti jika sudah dewasa kamu jadi pria yang romantis abeeees.

Tepat jam 19.30 kegiatan Christmas Carol ini berakhir. Ruarrrrr biasaaaaa capek pake banget. Badan lengket, kaki pegel, perut kembung karena berliter-liter teh susu dan kafeinnya. Gw yang ga doyan minuman manis dan juaranggggggg banget minum minuman manis apalagi teh susu (biasanya gw hanya minum teh hitam atau teh hijau tanpa gula) langsung merasa migraine karena seharian kemasukan berliter-liter teh susu yang aduhai manis banget buat standar lidah gw. Namun gw sedemikian rupa bahagianya bisa ikut ambil bagian untuk mengunjungi jemaat-jemaat gereja. Melihat langsung keadaan dan kesederhanaan mereka, melihat ketulusan mereka menyambut kami, melihat kebahagiaan mereka karena dikunjungi, melihat senyum yang muncul di wajah mereka saat kami bernyanyi dan para sinterklas berjoget. Gw juga tersentuh dengan tetangga-tetangga jemaat yang ikutan menyambut dan “menonton” kami walaupun mereka tidak merayakan natal.

Sungguh indah melihat orang lain tersenyum, apalagi jika mereka tersenyum karena kita. Semoga kita selalu bisa menjadi alasan untuk membuat orang lain tersenyum dan bahagia. Senyum itu bersifat menular. Jika orang lain tersenyum, maka otomatis kita yang melihatnya juga tertular. Walaupun gw ga tau makna lagunya,bacaan kitab,dan doa (menggunakan bahasa Tamil), namun yg gw tahu bahwa mereka tersenyum karena mereka masih punya banyak alasan untuk tersenyum. Because everyone smiles in the same language. Please smile and let the pain go.



1 comment: