Tuesday, January 5, 2016

Did You Get Your Christmas?

Selama gw tinggal di (pedalaman) Srilanka, gw beribadah di Gereja Methodist St Luke. Di Minggu advent terakhir, gereja mengadakan ibadah perayaan natal. Selama hayat dikandung badan, ini adalah perayaan natal (dan suasana natal) paling sederhana yang pernah gw alami. Bahkan suasana perayaan natal di kampung gw di Sumatera Utara nun jauh di mato sana (yang jaraknya 12 jam dari Bandara Medan) masih jauh lebih ramai dan meriah. Di sini ga ada spanduk natal, ga ada pohon natal cantik, ga ada jemaat yang menggunakan kosmetik dan pakaian heboh, ga ada sepatu hak tinggi yang bunyinya tak tuk tak tuk, ga ada snack natal dari toko kue, dan ga ada nasi kotak menu komplit yang biasanya dibagikan diakhir perayaan. Yang ada hanya pohon natal yang tingginya cuman 1 m serta miskin aksesoris, hiasan natal yang sangat minimalis, biskuit regal yang berperan sebagai snack saat acara hiburan berlangsung, dan nasi bungkus dengan menu nasi dan sayur (tanpa lauk dan sendok) yang dibagikan setelah acara natal tersebut selesai.



Secara keseluruhan acara berlangsung dengan baik. Dasar negara tukang nari, hiburan natal kali ini didominasi sama tarian. Tariannya benar-benar tarian kayak di pelem India: bagus, gerakannya niat dan susah. Gw sangat menikmati hiburan tarian ini, namun saat sinterklas ikut menari India…duhhh gw ga sukakkkk, rasanya wibawa sinterklas jadi turun kalau ikutan nari lincah gitu. Ada juga hiburan baca puisi yang dibawakan sama anak kecil dengan intonasi layaknya baca koran. Selain menari dan baca puisi, ada juga yang hiburan melalui nyanyian yang dibawakan oleh 2 anak kecil. Pas mereka mulai bernyanyi, gw langsung antusias, bosan juga nonton tarian. Ehhhhh,,,baru 1 menit nyanyi, tiba-tiba langsung masuk musik dari tape dan mereka menari. Ternyata oh ternyata, nyanyian di awal cuman prolog sebelum mulai nari. Ettttdahhh,,,dasar PHP (Pemberi Harapan Palsu). Selesai perayaan natal, konsumsi nasi bungkus dibagikan dan semua jemaat makan bersama-sama.



Seperti yang sudah gw sebutkan di awal, memang tidak ada kehebohan fashion di perayaan natal di sini. Maklum, daerah ini memang ekonomi menengah ke bawah. Para Ibu rata-rata menggunakan sari. Tidak ada jemaat yang memakai sepatu. Kebanyakan menggunakan sandal atau sandal jepit. Bahkan banyak juga jemaat yang datang tanpa menggunakan alas kaki. Wajah kaum perempuan di sini juga polos akan riasan. Hampir 100% jemaat yang datang ga ada yang pake lipstik. Cuman 1 orang aja yang pakai lipstik (dan 1 orang itu adalah gw,,,hahaha).

Yang bikin gw sedih melewatkan natal di sini adalah ga ada ibadah malam natal, yang ada hanya ibadah pada tanggal 25 Desember. Jadi benar-benar silent night sampai tertidur Zzzzz. Padahal biasanya malam natal adalah saat yang paling gw suka. Rasanya penuh damai, sukacita, dan ada makna tersendiri di hati gw,,caile. Biar ga makin galau, gw pasang lagu natal dari sore sampai tengah malam….sendirian di kamar. Naseeeeeb.

Saat ibadah perayaan pra-natal dan natal tanggal 25 Desember, gw lumayan kecewa karena tidak ada lagu natal sama sekali. Mereka hanya menggunakan buku lagu. Aduhhhh,,,sedih banget. Padahal lagu-lagu natal cuman didengar setahun sekali dan gw udah antusias banget bakal denger lagu natal versi bahasa Tamil. Untung aja saat ibadah selesai dan jemaat bersalaman-natal, ada jemaat yang ber-solois nyanyi We Wish You Merry Christmas, lumayan deh buat ngeganjel kuping.

Sepulang dari ibadah natal, gw balik ke kamar (gw tinggal di panti jompo). Kebetulan ada yang beramal ke panti jompo dengan memberikan apel, jeruk dan biscuit. Pihak yayasan juga memberikan kue bolu untuk perayaan natal ini. Jadi kami membagikan kepada para jompo masing-masing 1 apel, 1 jeruk, 2 potong bolu, dan beberapa keping biscuit. Benar-benar sederhana, namun ga mengurangi sukacita di hati. Di sore hari, datang lagi warga yang ingin beramal di hari natal. Mereka membawa 5 pepaya ukuran jumbo dan 5 nanas. Dalam keadaan ekonomi yang (bisa dibilang) susah, mereka masih memilki ketulusan hati untuk berbagi kasih buat sesama. Aduh, lagi-lagi gw disentil!!!





Eniwei, ini merupakan pertama kalinya gw natal tanpa keluarga dan sendirian di negeri orang. Gw bukan tipikal orang yang mudah sendu. Jadi saat nyokap nelepon di hari natal, gw biasa aja (walaupun sempat narik napas 3x buat menahan sendu). Saat chat sama teman-teman dan beberapa dari mereka mengkuatirkan gw yang natalan jauh dari keluarga, dengan (sok) bijaknya gw bilang “I am okay”. Gw memutuskan untuk berangkat dan tinggal di Srilanka selama setahun, harusnya gw udah siapin mental untuk ini semua. Jadi buat gw ga masalah natal tahun ini dilewatkan tanpa bersama keluarga. Gw memuaskan diri gw dengan buka google dan browsing gambar nastar, kastengel, putri salju, kue sagu keju, dan blackforest. Gw juga browsing gambar babi panggang dan ayam gulai. Terobati deh kangen gw sama suasana natal di rumah xoxoxo. Hidup itu susah, jangan dibuat makin susah. Tul gak???

Agak sorean gw main ke kamar seorang oma. Dia ngasih gw sebungkus biskuit coklat dan kacang sebagai kue natal. Yeayyy. Pas balik ke kamar, ada opa yang datang ke kamar gw dan ngasi gw cemilan keripik. Ada 3 macam keripik. Dia bilang itu kue natal dari dia. Yeaaaayy. Petugas masak di panti jompo juga datangin gw buat ucapin natal (doi Hindu) dan ngasi gw pepaya. Yeaaayyy. Walaupun gw jauh dari keluarga, Tuhan ga membiarkan gw sendiri. Gw bersyukur Tuhan menempatkan gw di tengah orang-orang baik yang sangat memberkati gw. Gw sungguh merasakan sukacita yang sangat berkelimpahan atas biskuit, kacang, keripik, dan pepaya yang diberikan sama penghuni panti di sini, apalagi secara finansial, mereka sangat kurang mampu daripada gw.

Selama ini, gw hanya sekedar merayakan natal. Gw menikmati suasana natal di rumah, di gereja (dan di mall). Gw hanya sekedar penikmat acara natal yang disuguhkan saat ada perayaan natal. Selain itu, gw juga berusaha menciptakan suasana natal impian: gw sibuk bikin kue, hias pohon natal, masang lagu natal. Hanya demi memuaskan gw sendiri.

Di sini, di Srilanka, ribuan kilometer dari Indonesia, gw belajar banyak hal. Natal itu kelahiran Tuhan Yesus di hati. Apakah selama ini perilaku gw sudah menunjukkan bahwa Tuhan Yesus lahir dalam diri gw? Gw juga diingatkan untuk selalu memberi. Orang-orang di sini, dalam segala kekurangannya, masih tulus memberi. Buah-buahan, biskuit sederhana, kue bolu yang keras. Namun bagi orang lain (para jompo), pemberian itu sangat menyenangkan hati mereka, menunjukkan bahwa masih ada yang memperhatikan mereka, apalagi di hari natal. Melihat para jompo tersenyum di hari-hari mereka yang kesepian benar-benar bikin bahagia. Pemberian itu bukan dilihat dari harganya, namun ketulusan hati untuk mengasihi sesama. Semoga momen natal tidak hanya sekedar menjadi perayaan pemuas mata saja. Semoga setiap harinya hidup kita menunjukkan bahwa Kristus lahir di hati kita.


The only real blind person at Christmas-time is he who has not Christmas in his heart (Hellen Keller).

…And so this is Christmas and what have we done, another year over and a new one just begun…(Song of Happy Christmas).



2 comments:

  1. bagaimanapun natal u di sana masih lebih baik dan gw iri haha

    ReplyDelete
  2. bagaimanapun natal u di sana masih lebih baik dan gw iri haha

    ReplyDelete