Monday, January 25, 2016

Pongal Day dan Lighting Day

Sebelumnya gw pernah membahas soal kejadian bulan purnama yang tiap bulannya dijadikan hari libur nasional (tangal merah) di Srilanka. Kali ini gw akan bahas hari libur nasional lain di Srilanka yang gw anggap unik. Tanggal 15 Januari di kalender Srilanka berwarna merah. Pas gw tanya orang lokal sini, katanya itu Pongal Day. Setau gw pongal adalah makanan khas Srilanka yang berupa beras (biasanya beras merah) yang dimasak dengan susu (atau air kelapa), gula, kacang, dan buah plum. Awalnya gw ngakak karena gw pikir kok lucu banget ini negara, hari libur nasionalnya untuk merayakan makanan khas mereka. Kalau diterapin di Indonesia seru juga kali ya, bakal banyak banget hari libur nasional. Indonesia gitu loh, punya banyak etnis, jadi melimpah kuliner khas. Hari gado-gado, hari pempek, hari gudeg, hari rendang, hari kerak telor, dll.

Ternyata Pongal Day bukan semata hanya merayakan makanan pongal, namun ada makna di balik perayaan Pongal Day. Pongal Day dirayakan ketika masa menuai, secara tradisi bertujuan berterimakasih kepada matahari yang senantiasa memancarkan sinar sehingga memberikan kehidupan bagi manusia khususnya petani dan para penduduk Srilanka yang makanan utamanya beras. Oleh karena itu, makanan pongal menjadi menu utama Pongal Day karena komposisi pongal mengandung bahan-bahan yang kompleks dan bergizi (terutama beras). Kalau di kalender sih tertulis Tamil Thai Pongal, yang menunjukkan bahwa ini perayaan etnis Tamil. Hasil browsing di internet juga menyatakan sejarah Pongal Day adalah dari etnis Tamil-Hindu. Namun belakangan, Pongal Day digeneralisir untuk semua etnis dan agama di Srilanka sebagai tanda ucapan syukur. Tetapi dari pengamatan yang gw pantau di daerah tempat gw tinggal, hanya Tamil-Hindu yang heboh menyambut Pongal Day, selain dari mereka tidak terlalu heboh merayakan Pongal Day.


Dari H-1 sebelum Pongal Day, terlihat kesibukan keluarga warga Hindu Tamil-Srilanka. Mereka sudah heboh belanja, membersihkan rumah, serta persiapan di kuil. Dari malam hari, sudah banyak petasan berkumandang di langit. Nyanyian pujian juga sudah terdengar dari toa di kuil. Hindu adalah agama mayoritas di daerah ini (Puttur-Utara Srilanka), jadi suara toa di kuil mendominasi. Kalau di Indonesia biasanya suara toa mesjid yang mendominasi. Pada Pongal Day tahun ini, ada donasi yang datang ke panti jompo (gw tinggal di panti jompo) berupa pongal dan beberapa cemilan khas Srilanka. Gw sih ga terlalu doyan pongal, manis banget boooo, dan teksturnya terlalu lembut.

Jam 10 pagi, gw nemenin teman gw sembahyang ke kuil. Di kuil, terlihat beberapa orang melakukan sembahyang. Selain itu pihak kuil juga membagikan pongal kepada warga, bebas siapapun boleh mendapatkan pongal. Selain pongal, pihak kuil juga membagikan buah-buahan dan kue tradisional Srilanka. Ada 3 kuil yang kami datangi, 2 kuil besar dan 1 kuil kecil. Kuil kecil ini ibarat mushola bagi kaum Muslim atau kapel bagi kaum Katolik. Dua kuil besar yang kami kunjungi adalah kuil Dewa yang berbeda.

Beberapa spot bagian dalam kuil

Kuil tampak luar

Kuil kecil

Selama ini, gw lihat kuil Hindu di Indonesia, bentuk bangunannya biasa aja, tidak terlalu mencolok. Namun di Srilanka, kuil-kuil Hindu heboh dan mencolok, didominasi warna emas terang. Selain itu, tampak luar kuil penuh dengan patung-patung, baik patung besar maupun patung kecil. Tembok bagian luar kuil biasanya berwarna merah-putih yang dicat selang-seling secara vertikal. Di dalam kuil pun penuh dengan patung. Petugas di kuil tidak mengenakan baju atasan, hanya menggunakan kain yang dililit sebagai bawahan. Selesai berdoa, mereka biasanya mengusapkan abu putih di dahi mereka (vipoothi). Ciri mencolok dari warga Hindu di sini adalah lilitan benang merah di tangan kanan dan lilitan benang kuning di tangan kiri. Tidak hanya berdoa di kuil, kaum Hindu juga bisa beribadah di rumah. Di setiap rumah, mereka mempunyai gambar Dewa dan meja dupa. Biasanya itu tempat mereka berdoa. Lambang keagamaan Hindu dan meja dupa juga banyak dipasang di sarana umum seperti bank, rumah sakit, dan kantor pemerintah. Padahal sarana umum tersebut tidak berbasis keagamaan. Lucu juga sih, padahal Hindu itu bukan agama mayoritas di Srilanka (agama mayoritas di Srilanka adalah Budha).

Petugas kuil

Motif tembok luar kuil yang kebanyakan merah-putih

Vipoothi di dahi

Lilitan benang merah dan kuning di lengan

Meja dupa di rumah

Sama dengan peraturan di mesjid, memasuki kuil juga harus lepas alas kaki. Sebelum masuk ke kuil, pengunjung harus cuci kaki dahulu. Di dekat kuil disediakan keran air untuk mencuci kaki. Lucunya, alas kaki dilepas tidak persis di depan pintu masuk, jadi batas suci tidak hanya di dalam kuil, namun dimulai dari sekitaran kuil yang berupa tanah, kerikil, dan aspal. Gw ke kuil sekitar jam 11-12 siang. Tengah hari bolong berjalan tanpa alas kaki di sekitaran kuil, rasanya tuh…… gileeeeeee. Berbeda dengan bagian dalam mesjid yang dijaga bersih, bagian dalam kuil tidak terlalu bersih. Yah maklum deh, nyekernya kan dari beberapa meter sebelum masuk kuil, jadi wajar bagian dalam kuil jadi kotor dari kaki pengunjung.

Sehabis menemani teman gw beribadah ke kuil, gw main ke rumahnya. Di rumahnya telah datang kakak dan adiknya yang sudah menikah dan tinggal di luar kota. Mereka sedang sibuk membuat cemilan khas Srilanka yang bernama Vadai. Sekilas mirip gorengan tapi Vadai tidak menggunakan tepung terigu. Vadai dibuat dari biji Daal yang di haluskan yang dicampur kelapa dan rempah rempah lalu digoreng. Endessss. Namun Vadai yang dijual di kios-kios biasanya mengandung terigu dan pengembang agar tampilannya besar dan menarik. Selesai ngobrol dengan bahasa Tamil-English yang amburadul, gw pamit pulang. Gw dibungkusin cemilah segambreng banyaknya, bahkan sampai pisang juga ikut dibungkusin.

Beberapa cemilan khas srilanka

Pongal dan vadai

Add caption



Di malam hari tampak ada beberapa cahaya berwarna di langit. Selama beberapa hari menjelang Pongal Day, ada festival layang-layang. Layang-layang berukuran raksasa dengan bentuk yang unik diterbangkan. Ada yang berbentuk gerobak, manusia, dll. Uniknya, layang-layang ini dilengkapi lampu berwarna-warni sehingga terlihat cantik di malam hari. Festival layang-layang berakhir di Pongal Day.

Festival layang-layang

Selain Pongal Day, ada lagi perayaan di Srilanka yang sangat menarik, namanya Lighting Day. Lighting Day bukanlah hari libur nasional namun cukup ramai dirayakan kaum Hindu-Tamil di Srilanka di bulan November. Setiap rumah masyarakat Hindu menyalakan lampu minyak di beberapa area rumahnya dari sore hingga malam. Lampu minyak berupa cawan dari tanah liat yang diberi sumbu dan minyak. Tidak hanya di dalam rumah, mereka juga meletakannya di luar rumah. Toko dan tempat usaha pun juga melakukan ritual ini. Katanya sih untuk kelimpahan berkat. Saat Lighting Day, gw ikutan membantu menyalakan lampu minyak di minimarket seberang tempat tinggal gw. Totalnya lebih dari 70 lampu minyak. Sebelum lampu minyak dinyalakan, area toko dibersihkan terlebih dahulu sehingga saat lampu minyak dinyalakan harus melepas alas kaki.

Lighting Day
Ternyata orang Hindu juga mengenal puasa. Pada bulan oktober mereka melakukan puasa selama 21 hari. Metode puasanya adalah makan sekali sehari di malam hari, namun mereka masih diperkenankan untuk minum (teh dan susu diperbolehkan). Ada juga puasa di bulan November yaitu puasa selama 10 hari tidak makan sama sekali, namun diperbolehkan minum. Yang gw suka dari masyarakat Hindu di sini adalah pola hidup mereka yang kebanyakan vegetarian. Jadi menu makanan dan cemilan di kios makanan banyak yang dibuat dalam versi vegetarian (non meat). Bahkan menu makanan di panti jompo tempat gw tinggal juga bertema vegetarian setiap hari selasa dan jumat. Hal ini disebabkan penghuni panti jompo yang 70% beragama Hindu (walaupun panti jompo di bawah naungan yayasan Kristen). Bikin gw semangat untuk memutuskan vegetarian suatu saat nanti. Namun gw ragu saat nanti pulang ke Indonesia dan bertemu babi panggang dan mie babi, akan kuatkan iman vegetarian ku melawan bayangan gurihnya pork devil itu.

Selama ini gw ga pernah punya teman dekat yang beragama Hindu. Namun di Srilanka gw dikelilingi oleh masyarakat Hindu. Benar-benar pengalaman berharga. Walaupun gw ga mengimani ajaran mereka, namun banyak hal positif yang bisa gw pelajari. Sama hal nya dengan hal positif yang gw ambil saat gw berteman dengan muslim dan katolik. Mari berteman dengan banyak orang. Mari belajar dari banyak perbedaan. Mari menjalani peran sebagai manusia

We may have different religions, different languages, different colored skin, but we all belong to ONE human race –Kofi Annan-

No comments:

Post a Comment