Sunday, November 15, 2015

We are His masterpieces, aren't we?

Di Indonesia, gw jarang berinteraksi dengan kaum lansia. Gw juga ga pernah berinteraksi dengan kaum yang mengalami gangguan mental. Tetapi di Srilanka gw berinteraksi dengan 3 jenis kaum: kaum lansia, kaum yang mengalami gangguan mental, dan kaum lansia yang mengalami gangguan  mental. Gimana rasanya? G4d0-g4d0

Di panti jompo tempat gw tinggal, ada 8 jompo mengalami gangguan jiwa (2 opa dan 6 oma). 2 opa ini mengalami gangguan jiwa sejak lahir. 6 oma mengalami gangguan jiwa di tengah-tengah perjalanan hidupnya. Selanjutnya gangguan jiwa akan gw singkat jadi GJ (gangguan jiwa). Kali ini gw akan membahas jompo yang mengalami gangguan jiwa sejak lahir.

Untuk 2 opa yang  GJ sejak lahir, mereka bertingkah seperti anak kecil. Ada 1 opa suka ngikutin apa yang dikerjakan orang lain. Namanya Opa Mohan. Ada orang ngangkut kayu, dia ikutan. Ada orang berkebun, dia ikutan. Opa ini selalu tersenyum nyengir kalau ketemu gw. Ademmmmm banget senyumnya, terasa tulus. Cuman pernah sekali Opa Mohan ga senyum sama gw, waktu itu dia abis digigit anjing, jadi buru-buru mau ke dokter. Hiks kasihan. Walaupun mengalami gangguan jiwa, Opa Mohan sangat baik, tidak pernah mengganggu. Setiap hari dia membantu di dapur panti jompo seperti motong sayur, memarut kelapa dll. Walaupun ga lama, kalau bosan maka opa akan pergi, beberapa menit kemudian datang lagi, bantuin lagi, terus pergi lagi. Kalau ada jompo lain yang panggil buat minta bantuan, dia langsung datang menolong, benar-benar menolong dengan tulus hati. Selesai menolong pasti dia langsung tersenyum. Pokoknya Opa Mohan seperti anak kecil yang ga bisa diam dan penuh rasa ingin tahu.

Opa Mohan selalu pakai sarung dan telanjang dada. Tetapi kalau ke gereja selalu pakai baju (tetap bawahannya sarung). Kalau ibadah selesai, baru selangkah keluar pintu gereja bajunya langsung di buka. Opa Mohan main kecrekan kecil saat ibadah di gereja. Di gereja kami memang tidak ada alat musik. Jadi kecrekan Opa Mohan bikin suasana gereja lebih meriah. Opa Mohan juga selalu menyiapkan buku lagu saat ibadah minggu. Kalau pendeta lagi khotbah, dia suka maju ke depan bawa minuman. Jemaat sudah terbiasa dengan hal tersebut. Memang tingkahnya memecah konsentrasi, namun itu menunjukkan dia orang yang penuh belas kasih. Setiap ibadah selesai, gereja menyediakan roti yang dibagikan ke jemaat. Opa Mohan biasanya langsung mempersiapkan roti dan membagikan ke jemaat. Saudara Opa Mohan banyak yang tinggal di luar negeri, makanya Opa Mohan dititipkan di panti jompo.

Opa lain yang mengalami GJ namanya Opa Jehan. Opa ini ga bisa berinteraksi dengan baik. Dia seperti anak kecil yang punya dunia sendiri. Setiap hari Opa Jehan suka teriak “auuuuuu”. Kalau lagi jalan dia suka ngomong sendiri. Kadang dia suka nyamperin orang dan ngomong apapun yang ada di pikirannya, misalnya ngomongin sinetron yang baru ditonton atau ngomongin genteng yang dia liat bocor. Benar-benar seperti anak kecil yang suka berbicara banyak hal. Pernah juga Opa Jehan keliling panti jompo hanya untuk pamer rambut barunya saat baru pulang dari salon.

Tingkah dari Opa Jehan yang paling menyentuh hati gw adalah waktu dia berbicara sama anjing. Anjing liar ini tinggal dipanti jompo. Suatu waktu anjing ini diserempet motor yang bikin anjing ini terluka parah dan suka nangis kesakitan tiap hari (gw baru tau anjing bisa juga nangis sampai keluar air mata). Saat anjing ini melolong kesakitan, Opa Jehan selalu nyamperin anjing ini dan ngajak ngobrol, lama banget, sekitar 15 menit ngomong sama anjing. Gatau deh dia ngomong apa sama si anjing apa karena gw hanya memperhatikan dari jauh. Sewaktu gw lewat Opa Jehan bilang ke gw kalo anjing ini kesakitan dan harus ditolong karena bisa mati. Aduhhhh,,,,leleh rasanya hati ini. Sama seperti Opa Mohan, saudara-saudara Opa Jehan juga banyak yang sukses dan tinggal di luar negeri, jadi Opa Jehan di titipkan di panti jompo.

Gw sempat berpikir, kenapa yah Tuhan tega banget menciptakan manusia yang cacat jiwa dari lahir. Kan kasian orang tersebut menjadi olok-olok dan menjadi beban keluarga. Ternyata gw salah. Mereka itu bukan beban, tetapi berkat. Misalnya Opa Mohan, yang selalu tersenyum lebar kalau bertemu. Apalagi kebaikannya yang suka membantu orang. Selain itu tingkah lakunya yang kekanakan kadang menghibur orang-orang di sekitarnya yang mungkin lagi stress atau suntuk. Di saat orang lain memiliki dendam, benci, dan amarah, Opa Mohan dan Opa jehan menyodorkan hatinya yang tulus. Melalui mereka juga Tuhan membentuk hati anggota keluarga mereka untuk selalu peduli antar keluarga walaupun cacat. Terbukti walaupun jauh di luar negeri, anggota keluarga mereka selalu menyempatkan menjenguk opa-opa yang mengalami gangguan jiwa ini. Keluarga tetaplah keluarga.

Tidak ada ciptaan Tuhan yang sia-sia. Semuanya tergantung dari cara kita memandang. Dalam segala keterbatasannya, mereka bisa melayani Tuhan di gereja walaupun hanya hal sepele. Tetapi Tuhan memandang hati kan? Terlahir dengan kondisi yang tidak normal, kedua opa ini bener-bener memberkati gw, dan gw yakin memberkati orang lain juga. Apakah gw (yang normal ini) juga sudah jadi berkat buat orang lain? #introspeksi#

Opa Mohan

3 comments:

  1. Makasih ya yoll..
    I am so blessed by your note
    Praise The Lord..

    ReplyDelete
  2. Makasih ya yoll..
    I am so blessed by your note
    Praise The Lord..

    ReplyDelete
  3. Website paling ternama dan paling terpercaya di Asia
    Sistem pelayanan 24 Jam Non-Stop bersama dengan CS Berpengalaman respon tercepat
    Memiliki 9 Jenis game yang sangat digemari oleh seluruh peminat poker / domino
    Link Alternatif :
    arena-domino.club
    arena-domino.vip

    ReplyDelete